Mohon tunggu...
Sehat Ihsan Shadiqin
Sehat Ihsan Shadiqin Mohon Tunggu... profesional -

Menulis Itu Sehat, Sehat Itu Menulis\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berapa Kali Anda Klakson Hari Ini?

18 Mei 2010   09:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:08 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_143932" align="alignright" width="300" caption="Klakson di mana-mana (sumber satu)"][/caption] Semua kenderaan bermotor pasti ada klaksonnya, keculai sudah rusak atau dicuri maling. Dan semua pengendara pasti pernah menggunakannya. Dalam satu hari, saya yakin, tidak ada orang yang mampu menghitung berapa kali ia menggunakan klakson. Sebab klakson seolah menjadi satu-satunya alat komunikasi saat berkenderaan. Kalau jumpa teman dijalan orang pakai klakson, minta jalan juga klakson, ada orang lewat tekan klakson, ada mobil yang berhenti seenaknya tekan klakson, berkali-kali lagi. Belakangan ada juga pendemo yang menekan klakson berulang-ulang tanda gerombolan mereka melintas di jalan raya. Tidak cukup dengan klakson standar yang telah dibuat oleh pabrik mobil atau sepeda motor, belakangan juga muncul klakson istimewa. Ada yang menamakannya dengan klakson kebo. Klakson ini dijual bebas di pasar dan boleh dibeli oleh siapa saja. Jadinya, sebuah sepeda motor kecil yang hanya muat satu orang pun menggunakan klakson besar. Suaranya berat dan keras serak. Jika diklakson persis di belakang pengendara lain dijamin pengendara tersebut akan terkejut setengah mati. Atau bahkan bisa langsung mati jika ia jantungan atau ia diserempet oleh mobil di belakangnya. Klakson sebenarnya memiliki fungsi yang penting, terutama untuk menyatakan bahaya; persis seperti sirene ambulance atau sirene peringatan gempa. Di kota-kota besar di luar negeri hampir tidak terdengar suara klakson sebebas yang ada di Indonesia. Tidak usah jauh-jauh, di Kuala Lumpur saja, suara klakson nyaris tidak pernah terdengar. Padahal jumlah bus dan kenderaan hmpir sama sja dengan kota-kota di Indonesia. Pengendara yang tertib dan peraturan lalu-lintas yang dipatuhi membuat fungsi klakson di sana sedikit berkurang. Klakson hanya dibunyikan dalam keadaan darurat, ada orang yang melanggar lalu lintas dan mengganggu orang lain, atau situasi khusus yang mengharuskan membunyikan klakson. Selebihnya klakson dimuseumkan saja, tidak ada yang menggunakannya. [caption id="attachment_143933" align="alignleft" width="300" caption="Mobil pakai Kalkson Gajah? (Sumber dua)"][/caption] Nah, bagaimana dengan kita? realitas di lingkungan dan masyarakat kita? Sepertinya bunyi klakson menjadi ciri khas jalan raya di Indonesia. Di mana-mana di seluruh kota Indonesia, klakson bermunyi di sepanjang jalan. Kenderaan bermotor, roda dua, roda tiga, roda empat, enam, delapan, sepuluh dan bahkan lebih banyak lagi menggunakan klakson di sepanjang perjalannya. Munculnya berbagai jenis klakson tambahan membaut kita hampir tidak dapat membedakan apakah sebuah klakson berasal dari motor atau mobil, mobil kecil atau mobil besar. Orang bisa saja menggunakan sebuah klakson yang seharusnya dipakai di truck pelabubuhan yang besar pada motornya. Tragisnya lagi, bunyi klakson tidak mengenal waktu dan tempat. Seorang yang berpapasan di jalan raya yang saling kenal menggunakan klakson untuk menyapa temannya. Ada seorang nenak tua yang sedang lewat memotong jalan raya juga ditekan klakson besar-besar memintanya berlari cepat. Meminta jalan dari kenderaan di depan juga menekan klakson. Bahkan berkali-kali, seolah yang ada di depannya tidak memiliki hak yang sama dalam menggunakan jalan raya. Apalagi kalau ada kenderaan, angkot, bus, truck atau kenderaan apapun yang ,elanggar lalu lintas, pasti diklaksn berulang-ulang dan rame-rame. Belakangan ini, ada pula tradisi klakson saat lampu hijau di perempatan menyala untuk memberitahukan pada pengendara lain kalau lampu sudah hijau. Ada-ada saja. Padahal jujur, kalau ditanyai semua orang, suara klakson itu menjengkelkan. Bukan hanya bagi orang yang berada di kantor atau di rumah yang kebetulan ada di dekat jalan raya, namun bagi pengendara sendiri klakson sebenarnya sangat mengganggu. Hanya mereka yang sudah sangat menikmati kebisingan saja dapat menikmati klakson berlebihan. Dan mereka pula yang menekan klakson berkali-kali di sepanjang jalan. Seolah klakson besar, keras, dan berulang itu menimbulkan sebuah kesenangan dalam berkenderaan. Klakson berlebihan ini sebanrnya bukan hanya menimbulkan kebisingan, namun juga dapat menyebabkan kecelakaan. Saya pernah lihat sebuah kenderaan yang memanting stir ke iri tiba-tiba karena ada sebuah sepeda motor yang menekaln klakson besar di belakangnya. Di sisi kiri ia disambut dengan sebuah mobil pribadi yang sedang melaju kencang. Dan tabrakan tidak dapat dihindari. Saya tidak tahu nasib pengendara yang tertabrak itu. Namun saya tahu sepeda motor yang mengklaksonnya, ia lansung pergi dan tidak peduli dengan petaka yang telah dibuatnya. Kasus lain adalah timbulnya keraguan pada pejalan kaki kalau diklakson berulang-ulang. Klakson akan mempengaruhinya mengambil kesimpulan dalam berjalan. Ini juga sebuah potensi kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi. Saya yakin semua kita punya pengalaman dengan klakson. Untuk membangun Masyarakat Tertib, maka kurangi penggunaan klakson di jalan raya. Anda bisa beralasan bahwa klakson diperlukan untuk menegur orang yang sewenang-wenang atau mencaci-maki angkot yang berhenti seenaknya. Namun yakinlah, klakson untuk mereka tidak banyak membantu. Kesabaran dan kearifan, dengan ketenangan, anda tetap akan dapat jalan dan meneruskan perjalanan. Atau boleh saja tekan klakson, namun pastikan suaranya hanya didengar oleh orang yang anda maksudkan, bukan oleh orang lain. Sebab kasihan mereka yang tidak ada urusan dengan perjalanan anda menjadi terganggu. Kita harus melampaui langkah kecil yang penting untuk membangun Masyarakat yang Tertib. Semoga bisa terwujud di suatu masa. Sumber foto satu, dua, tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun