[caption id="attachment_161283" align="alignleft" width="153" caption="Menghadapi Tantangan untuk Kemenangan"][/caption] "Allah sengaja menciptakan gangguan dari orang-orang terhadapmu, supaya engkau tidak menyerah kepada mereka. Allah ingin menjemukanmu dari segala sesuatu yang memalingkanmu daripada-Nya" (Ibn 'Ataillah) Dalam hidup, tantangan adalah hal yang normal dan wajar. Sebuah pepatah lama mengatakan, tantangan membaut kita lebih dewasa. Sebab darinya kita belajar banyak hal, cara yang baru, jalan yang berbeda, kebiasaan yang relatif, dan lainnya. Tantanganlah yang membuat kita lebih bijak dalam mengambil sikap dan keputusan. Namun banyak orang yang menyerah pada tantangan. Ia menganggap itu sebagai batu sandungan yang menghalanginya mencapai cita. Lebih buruk lagi ia menjadikan tantangan sebagai penghalang bagi hidupnya, lalu ia "mengundurkan diri" dari kehidupan. Budaya instant, mau segera, mau enak saja, manja, adalah penyakit yang menjadikan orang tidak mau menghadapi tantangan. Padahal sejak kecil, bahkan masah dalam janin kita sudah menghadapi tantangan. Kita, setiap individu yang ada di bumi saat ini, adalah sperma terbaik yang mampu membuahi ovum saat kita pertama kali diciptakan. Untuk membuahinya kita telah mengalahkan  jutaan sel sperma lain yang berniat sama, lalu kita menjadi pemenang. Dan kita terus menang sampai kita jadi seperti ini. Para Sufi mengajarkan bahwa semua tantangan pada dasarnya adalah wujud cinta Allah kepada makhluk kebanggaannya, manusia. Ia hendak menjenguk manusia dari segala sisi agar ia benar-benar tangguh dan kuat. Hamba yang kuat adalah hamba yang dicintai Allah, yang akan dijadikan-Nya sebagai pilihan. Dan kekuatan itu bukanlah kekuatan fisik, namun sejauh mana kita mampu bertahan dan tidak mau takluk pada sebuah halangan yang menghadang. Selamat menjalani hari, tetaplah semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H