Mohon tunggu...
Sehat Ihsan Shadiqin
Sehat Ihsan Shadiqin Mohon Tunggu... profesional -

Menulis Itu Sehat, Sehat Itu Menulis\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengajar Etika kok tanpa etika

8 Mei 2010   08:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:20 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_136440" align="alignleft" width="360" caption="Ilustrasi: Berdebat sambil menghina"][/caption] Dua minggu belakangan ini saya mengikuti pedebatan yang dilakukan beberapa sahabat saya melalui tulisan di facebook. Awalnya mereka menulis tentang sesuatu yang baik, yang menurut saya sangat bermanfaat untuk dipahami banyak orang, selain menambah ilmu juga menjadi dasar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Namun saat sebuah ide tidak dapat dipertemukan, pemikiran berbeda, perdebatan bukan lagi membahas masalah substansi, namun menyalahkan orang, menghina lembaga pendidikan, kampung halaman, sampai menyebut-nyebut orang tua. Kenapa orang tua yang hidup damai di kampung bisa masuk ke dunia maya ini? Anehnya mereka saling mengajarkan lawannya mengenai etika dalam menulis, moralitas dalam menuntut ilmu, sopan santun dalam mengungkapkan pendapat sebab itu adalah bagian dari etika ilmuan. Sayangnya mereka sendiri menyampaikan dengan cara menggurui, mengatakan teman debatnya sebagai orang yang tidak paham ilmu pengetahuan, tidak mengerti persoalan, tidak membaca buku, tidak mengikuti perkembangan pemikiran. Etika hanya dipaksakan untuk dilakukan oleh lawan bicaranya, namun saat ia sendiri melakukan kritik pada temannya, ia melanggar etika yang ia yakini benar. Di kompasiana saya juga membaca beberapa tulisan yang mengatakan ingin menunjukkan wajah kehidupan yang humanis, yang damai, yang saling menghargai dan menghormati. Namun tulisan-tulisannya justru menghina kebenaran dan keyakinan banyak orang. Ia menghujat orang yang meyakini sebuah agama sebagai kesalahan dan mengatakan tidak ada kebenaran agama yang absolut. Namun ia sendiri meyakini keabsolutan kesalahan agama dengan menghina orang beragama. Ia ingin agama yang damai dan tentram, namun ia membuat perdebatan brutal dalam tulisan-tulisannya. Apakah ia telah melakukan sebuah kebenaran yang mewakili pemikirannya? Bagi saya tidak. Ia adalah contoh konkrit dari kesalahan orang yang dihujatnya. Memang sulit melakukan kebaikan dalam perkatakan dan perbuatan sekaligus. Yang paling banyak adalah mengatakan yang baik, namun tidak melakukannya. Kita hanya sanggup menyalahkan orang saja, padahal kesalahan yang sama juga kita lakukan. Kita memperingatkan orang agar jangan menghujat karena itu tidak baik, namun kita melakukannya dengan menghujat pula. Lantas apa bedanya kita dengan orang yang menurut kita salah? [caption id="attachment_136442" align="alignright" width="150" caption="Berdebat dengan damai"][/caption] Andai kita menginginkan kehidupan yang damai, maka lakukanlah damai dalam diri kita sendiri. Kalau kita menyampaikan kebenaran, maka pastikan kita menyampaikan dengan jalan yang benar juga. Kalaupun kita hendak mengatakan kesalahan orang lain, maka pastikan kita melakukannya dengan cara yang tidak menyakiti perasaan dan menyinggung keyakinannya.Itulah kehidupan yang indah, yang manusiawi. Memang semua manusia punya hak mengatakan pandangannya dan mengungkapkan pikirannya. Namun pastikan ungkapan dan pandangan tersebut bukan bertujuan menghina orang lain, merendahkan martabatnya, melecehkan latar belakang pendidikannya, apalagi sampai menghina orang tuanya. Sebab alih-alih mengajarkan etika dalam menusli, dengan tidak sadar kita telah melanggar etika yang kita yakini benar. Sumber foto: Klik pada gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun