Mohon tunggu...
Seger Susastro
Seger Susastro Mohon Tunggu... Editor - Penulis/Editor

Freelance: Editor, Proofreader, Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengawali Minta Maaf

20 Agustus 2011   05:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:37 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tarawih malam pertama menjelang puasa Ramadhan tahun ini, saya menerima sms (short message service)dari seorang teman. Isi sms tersebut: Jibril berdoa, “Ya Allah, abaikanlah puasa ummat Muhammad apabila sebelum Ramadhan dia belum; 1) minta maaf pada kedua orang tuanya jika keduanya masih hidup, 2) bermaaf-maafan antara suami-isteri, 3) bermaaf-maafan dengan keluarga, kerabat, beserta orang sekitar”. Maka saat itu doa tersebut di-amini 3 kali oleh Rasulullah SAW. MARHABAN YA RAMADHAN, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN (ai’ & family).

Hingga memasuki hari kedua bulan Ramadhan, sms serupa masih saja masuk ke nomor HP saya. Gaya penyampaian pun penuh kreativitas dalam bermain kata-kata. Ada yang menggunakan model pantun Melayu, bahasa puisi, pari’an ala Suroboyoan, format surat permohonan maaf nomor 30/Sya’ban/1432/H tentang blablabla, dan sebagainya. Intinya bahwa ada kesadaran dari sang pengirim sms ini untuk saling meminta maaf dan mendoakan dalam hal kebaikan, serta tidak kalah penting adalah mempererat tali silaturrahim.

Nah, terkait hadits tersebut (jika itu benar), alangkah dahsyatnya doa yang diucapkan oleh malaikat utama ‘Jibril’ dan diamini sampai 3 kali oleh Rasulullah Muhammad SAW. Saya lantas bertanya dalam hati, celakalah ummat Islam Indonesia yang tradisi halal bihalal (bermaaf-maafan) dilakukan setelah salat hari raya Idul Fitri. Artinya, ibadah puasa mereka selama bulan Ramadhan tidak diterima oleh Allah, ini menurut hadits tersebut.

Untuk menjawab keraguan, saya coba baca-baca kumpulan hadits namun tidak menemukan hadits seperti itu. Saya searching di internet dan menemukan kalimat yang lebih lengkap, tetapi tidak ada sahabat atau perawi yang meriwayatkannya. Akhirnya, saya bertanya kepada ustazd yang biasa mengisi acara pengajian di tempat kerja. Ternyata hadits tersebut dhaif (lemah), sanadnya tidak tersambung dan cacat. Bisa jadi hadits itu maudu’ atau palsu, karena dalam sanadnya tidak ada perawi/penuturnya.

Bagaimana dengan saling bermaafan baik via sms maupun jejaring sosial? Saling meminta (memberi) maaf sebelum dan selama bulan Ramadhan akan meringankan orang bersangkutan menjalani ibadah puasa. Bermaaf-maafan akan menghapus dosa terhadap sesama, mempererat tali silaturrahim, dan memperbaiki sikap dalam kaitan hablum minannas. Sehingga ketika Idul Fitri nanti, orang yang telah menjalani puasa bukan hanya kembali fitri (suci), tetapi menjadi ‘lebih’ fitri. MOHON MAAF LAHIR & BATHIN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun