Merenung dan Mengingat.
Merenung dan mengingat itu mencakup kejadian itu sendiri, dan juga bagaimana kita bereaksi, bagaimana perasaan kita, dan bagaimana kemarahan dan rasa sakit hati telah mempengaruhi anda kita saat itu.
Berempati dengan Orang yang Menyakiti Kita.
Memahami latar belakang orang yang pernah menyakiti kita membuat kita lebih mudah berempati kepadanya. Misalnya, jika pasangan anda tumbuh dalam keluarga yang jarang memberikan pujian, maka kemarahan ketika anda jarang mendapat pujian darinya mungkin lebih bisa dimaklumi.
Maafkan dengan Tulus.
Memaafkan seseorang hanya karena anda merasa tidak punya alternatif lain atau karena menurut agama anda mengharuskannya, mungkin sudah cukup untuk memberikan kesembuhan bagi dirimu sendiri. Namun sebuah penelitian menemukan bahwa orang-orang yang sikap memaafkannya sebagian berasal dari pemahaman bahwa tidak ada orang yang sempurna, mampu melanjutkan hubungan normal dengan orang lain, meskipun orang tersebut tidak pernah meminta maaf. Mereka yang hanya memaafkan dalam upaya menyelamatkan hubungan akan mengalami hubungan yang lebih buruk.
Lepaskan Ekspektasi Orang Lain akan Meminta Maaf.
Permintaan maaf mungkin tidak mengubah hubungan anda dengan orang lain atau menimbulkan permintaan maaf darinya. Jadi jika anda tidak mengharapkannya untuk meminta maaf, anda tidak akan kecewa.
Putuskan untuk Memaafkan.
Setelah anda membuat pilihan itu, tutuplah dengan tindakan. Jika anda merasa tidak bisa berbicara dengan orang yang berbuat salah kepada anda, tuliskan pengampunan anda dalam jurnal atau bahkan bicarakan hal itu dengan orang lain dalam hidup anda yang dipercayai, seperti keluarga atau sahabat.
Maafkan Dirimu Sendiri.