Mohon tunggu...
Pretty Sefrinta Anggraeni
Pretty Sefrinta Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Bachelor of Psychology | Guidance Counselor

Never stop learning. Never stop thinking | Ig: sefrintapretty

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Masyarakat Begitu Menyukai Hal-hal yang Berbau Dramatis?

16 Oktober 2018   23:10 Diperbarui: 18 Oktober 2018   09:36 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mellisa menjelaskan lebih lanjut bahwa anak-anak yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang disfungsi (dysfunctional family) terbiasa untuk menyikapi segala sesuatunya secara "dramatis" akan terbiasa untuk menampilkan sikap yang sama.

Memicu Adrenalin

Konflik dan drama seringkali membuat beberapa orang merasa terpicu adrenalin-nya untuk menghadapi ketegangan-ketegangan yang muncul akibat konflik dan drama. Ibarat seperti naik roller coaster ada perasaan takut, tegang dan menyenangkan bagi sebagian orang. Tidak jarang juga perasaan lega (release) setelah naik roller coaster memunculkan rasa ingin lagi (ketagihan/addict) untuk mengulangi perasaan yang serupa dan keberhasilan untuk melaluinya.

Keuntungan Pribadi

Menjadi pusat perhatian. Bagi beberapa orang yang menyukai drama, segala bentuk perhatian (positif atau negatif) merupakan hadiah (reward) untuk ego mereka. Dalam psikologi, segala bentuk perilaku yang memperoleh hadiah atau (reward) akan diulang dikemudian hari. 

Bagi mereka perhatian negatif seperti cercaan, hinaan dan makian menjadi lebih baik dibandingkan diabaikan sama sekali. Parahnya lagi bisa mengarah menjadi kelainan perilaku histrionik.

Mendapat rasa simpati dan iba dari lingkungan. Beberapa orang suka memainkan peran sebagai korban (playing victim) untuk memperoleh simpati dan perhatian dari lingkungan serta penolongan lainnya.

Sebagai pengalihan dari masalah hidupnya yang sebenarnya. Melakukan tindakan-tindakan dramatis membuat beberapa orang merasa bisa beristirahat atau lari sejenak dari fokus perhatiannya pada apa yang sesungguhnya menjadi masalah yang lebih penting dari hidupnya.

Sebagai katarsis emosi atau sebagai pelepasan emosi-emosi negatif. Serta, merasa dianggap lebih penting daripada ia yang sesungguhnya.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia yang menyukai tontonan, berita, kejadian atau sensasi yang berbau drama adalah orang-orang berkepribadian dramatis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun