Mohon tunggu...
Sefina Cahya Rahmawati
Sefina Cahya Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga dan Penikmat pemandangan alam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Potensi Hasil Persilangan Bebebrapa Genotipe Tanaman Karet (Havea brasilliensis)

16 Desember 2022   16:57 Diperbarui: 16 Desember 2022   17:04 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Berbagai Macam Teknik Bioteknologi (Dokpri)

ABSTRAK

Klon unggul dari tanaman karet merupakan hasil dari pemuliaan dan pemilihan populasi tanaman selama ekspedisi Henry Wickham pada tahun 1876. Sejauh ini produktivitas tanaman yang dapat dicapai dengan klon-klon unggul tersebut berkisar antara 2500-3000 kg/ha/th. Produktivitas ini masih jauh dari potensi sebenarnya dari perkebunan karet. Dalam meningkatkan produkstivitas tanaman karet dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dan pengetahuan yang telah berkembang. Perkembangan penelitian bioteknologi tanaman karet untuk mendapatkan tanaman unggul dimulai tahun 1972. Penelitian bioteknologi yang digunakan pertama kali adalah kultur anther. Bioteknologi yang digunakan saat ini adalah berbasis Embryogenesis Somatic (SE) dan microcutting dimana sel somatik berkembang untuk membentuk tumbuhan barumelalui tahap perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet. Melakukan peremajaan pada tanaman karet jug  dapat meningkatkan produktivitasnya.

PENDAHULUAN

Klon karet yang saat ini sedang berkembang adalah klon unggul yang merupakan hasil pemuliaan dan pemilihan populasi tanaman selama ekspedisi Henry Wickham tahun 1876. Sejauh ini produktivitas tanaman yang dapat dicapai dengan klon-klon unggul tersebut berkisar antara 2500-3000 kg/ha/th. Produktivitas ini masih jauh dari potensi sebenarnya dari perkebunan karet. Menurut Aziz (1998), produktivitas karet secara teoritis dapat meningkat hingga 7000 kg/ha/tahun, sedangkan menurut Ho (1975), potensi produksi pabrik karet dapat mencapai 10 ton/ha/tahun.

Lambatnya peningkatan produktivitas menurut Madjid (1985) disebabkan terbatasnya sumber daya genetik hasil persilangan terus menerus populasi (Wickham, 1876), sehingga bibit yang dihasilkan mengalami inbreeding depression. Menurut peneliti yang sama, keterbatasan dalam mendeteksi variabilitas genetik merupakan faktor penghambat peningkatan produktivitas klon karet. Oleh karena itu, untuk menghasilkan klon-klon unggul baru diperlukan perluasan sumber-sumber keanekaragaman genetik karet yang tersedia. Upaya harus terus dilakukan untuk merakit atau membuat genotipe baru dengan cara menyilang tanaman atau DNA tanaman (Sayurandi & Woelan, 2015).

Kemajuan pemuliaan dan seleksi tanaman karet sangat bergantung pada potensi dan ketersediaan sumber keragaman genetik. Diciptakan keragaman genetik yang besar, salah satunya dapat dilakukan dengan persilangan buatan (hibridisasi) dengan tujuan untuk mendapatkan turunan dengan sifat unggul. Perkawinan silang dari orang tua yang berkerabat jauh dikatakan menghasilkan keturunan yang lebih baik, yang dimanifestasikan oleh heterosis pada keturunan pertama. Menggunakan klon karet unggul secara langsung meningkatkan produktivitas, yang mengurangi biaya input dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan pekebun (Pasaribu, et al., 2018). Tujuan dari artikel ini untuk mengetahui hasil potensi persilangan pada beberapa genotipe tanaman karet uuntuk menghasilkan varietas yang unggul.

PEMBAHASAN

Pengembangan Dalam Bioteknologi 

Perkembangan penelitian bioteknologi tanaman karet untuk mendapatkan tanaman unggul dimulai tahun 1972. Penelitian bioteknologi yang digunakan pertama kali adalah kultur anther. Penelitian ini menghasilkan jaringan diploid pada tanaman karet, namun  tidak ada satu pun tanaman yang dapat bergenerasi. Pada tahun 1975 dilakukan penelitian kultur tunas pucuk dan batang muda. Hasil yang diperoleh adalah munculnya beberapa kalus dari kutur tunas pucuk seeding aseptic. Selanjutnya pada tahun 1980 dilakuan penelitian, yaitu kultur protoplas yang dimana melakukan pengujian dengan menggunakan berbagai jenis bahan tanaman yang berbeda untuk isolasi protoplas.Pada tahun 1984 dilakukan kultur ovul tak tersebuk yang menghasilakn planlet yang lengkap dan tumbuh haploid melalui identifikasi sitologi. Bioteknologi yang digunakan saat ini adalah berbasis Embryogenesis Somatic (SE) dan microcutting dimana sel somatik berkembang untuk membentuk tumbuhan baru melalui tahap perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet.

Data Klon Karet Yang Tahan Penyakit:

Tabel diatas merupakan klon unggul yang tahan terhadap cekaman lingkungan dan penyakit. Klon yang dikembangkan adalah klon yang bersifat unggul seperti:

  • Berkemampuan menaikkan produksi dan produksi lateks tinggi,
  • Resisten terhadap penyakit, hama, dan angina,
  • Batang tumbuh lurus,
  • Cabang relatif kecil dan menyebar rata sekeliling batang,
  • Memiliki respon yang baik terhadap stimulasi dan intensitas sadapan rendah,
  • Kulit pulihan dan murni helus dan tebal

Peremajaan Tanaman

Peremajaan tanaman karet dilakukan dengan maksud mengganti tanaman tua dengan tanaman baru yang memiliki produktivitas tinggi, kualitas tinggi dan secara ekonomi jauh lebih menguntungkan daripada tanaman awal. Peremajaan optimal tanaman karet pada umur 25 tahun. Umumny abanyak dilakukan  sebelum umur 30 tahun disebakan untuk mempertimbangkan  analisis finansial yang tepat. Pola peremajaan tanaman karet yang optimal dengan peremajaan ada dua dalam sebuah pengertian yaitu replanting dilakukan di atas lahan  bekas tanaman lama yang serupa atau dengan  new replanting dilakukan diatas lahan baru bagi tanaman karet. Kondisi tersebut memerlukan  reinvestasi pada tanaman karet dimana peremajaan merupakan kunci yang penting secara sistem konversional berupa cara tanam monokultur, 5-8 tahun merupakan masa yang tidak produktif dimana tidak ada pemasukan dan ditutup dengan pemasukan selama masa selanjutnya 25-30 tahun sebagai masa produktif. Tujuan peremajaan sebagai mencari keuntungan yang besar dengan mencapai efisiensi sebesar mungkin dengan kesempatan menggunkan, bahan tanam baru berupa klon unggul hasil pemuliaan dan seleski akhir, hasil penelitian yang terbaru dalam bidang bercocok tanam, hasil penelitian dalam bidang manajemen/pengolahan sehingga penempatan lokasi, pembuatan jalan dan sebagainya dapat diatur sedemikian rupa hingga menghemat dalam penggunaan tenaga dan biaya.

Secara teknik tanaman karet yang sudah berumur 30 tahun menghasil produksi rendah dan diikuti dengan persediaan cadangan kulit sudah jauh berkurang, tetapi tanaman karet yang sudah hampir umur 30 tahun tersebut memberikan keuntungan yang kurang optimal karena semakin tua umur tanaman menyebabkan rendahnya produktivitas tanaman karet hingga mengakibatkan penurunan bagi perusahaan sehingga diperlukan peremajaan.

Terdapat tiga konsep penentuan optimalnya suatu peremajaan menurut umur ekonomisnya,

  • Produksi jangka pendek dengan penerimaan yang diwujudkan dengan cara penjualan aset yaitu suatu usaha jangka pendek dimana penerimaan diperoleh dengan menjual asetnya yaitu peremajaan optimum terjadi sat tambahan penerimaan bersih sama dengan penerimaan bersih rata-rata,
  • Produksi jangka panjang dengan penerimaan yang diwujudkan dengan cara penjualan aset yaitu suatu usaha jangka panjang dimana penerimaan usaha diperoleh dengan menjual aset diakhir pengusahaan aset tersebut,
  • Produksi jangka  panjang yang diwujudkan dengan cara penjualan sepanjang hidup aset dimana  penerimaan  diperoleh  dari produksi sepanjang  hidup aset.

Dari ketiga konsep tersebut tanaman karet harusnya mengambil langkah yang ketiga yaitu karena tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang memiliki siklus hidup yang panjang dan penerimaan diperoleh pada saat tanaman menghasilkan. Peremajaan yang optimal adalah peremajaan yang dilakukan pada saat umur ekonomi mencapai keuntungan rata-rata tahunan maksimum dan luas peremajaan seluas tanaman dibagi umur ekonomi. Adapaun kriteria peremajaan adalah batas umur tanaman dimana pada umur-umur tersebut tanaman perlu diremajakan supaya memperoleh keuntungan yang tinggi. Letak saat optimum peremajaan akan bergantung pada aset dari revenue netto marginal yang dipengaruhi oleh produksi dan biaya per hektar pertahun (Widyasari et al.,2015).

Pengembangan Dalam Bidang Bioteknologi Dan Genotipe Yang Lebih Unggul Serta Tahan Cekaman Lingkungan

Adanya variasi klon dapat disebabkan oleh perbedaan lingkungan tumbuh, genotipe biji  sebagai batang bawah, dan perbedaan mata okulasi untuk batang atas yang digunakan. Bioteknologi yang mulai dikembangkan saat ini adalah berbasis Embryogenesis Somatic (SE) dan juga microcutting dimana sel somatik berkembang untuk membentuk tumbuhan baru melalui tahap perkembangan embrio yang spesifik. Kloning tanaman karet khususnya batang bawah harus memiliki sistem perakaran yang baik diharapkan dapat memperbaiki material tanaman karet untuk perkebunan. Saat ini, teknik perbanyakan in vitro melalui embriogenesis somatik dan microcutting mampu menghasilkan varietas baru tanaman karet seperti klon utuh yang vigor. Metode ini membuka perspektif perbaikan varietas tanaman karet terhadap kriteria akan  kebutuhan material yang vigor, toleransi terhadap cekaman kekeringan dan terhadap penyakit perakaran. Sebagaimana platform untuk mikropropagasi tanaman karet melalui teknik microcutting telah didirikan di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI)  mulai tahun 2008. Teknologi tersebut ditransfer dari Centre de Coopration International en Recherche Agronomique pour le Dveloppement (CIRAD) Prancis. Microcutting hingga saat ini telah terbukti mampu menghasilkan tanaman muda untuk memperbanyak klon batang bawah hingga ribuan klon batang bawah hasil microcutting siap menjalani uji aklimatisasi.

Gambar 1. Berbagai Macam Teknik Bioteknologi (Dokpri)
Gambar 1. Berbagai Macam Teknik Bioteknologi (Dokpri)

Keterangan : Teknik microcutting tanaman karet. (a) Sumber eksplan, (b) Subkultur, (c) Planlet dalam tabung, (d) Plantlet berusia 6 bulan dengan perakaran kuat, (e) Aklimatisasi dalam pot kecil, (f) Aklimatisasi dalam plastik semai.

KESIMPULAN 

Dengan adanya perkembangan teknologi dan pengetahuan dapat menciptakan klon karet yang unggul. Bioteknologi yang mulai dikembangkan saat ini adalah berbasis Embryogenesis Somatic (SE) dan juga microcutting dimana sel somatik berkembang untuk membentuk tumbuhan baru melalui tahap perkembangan embrio yang spesifik. Dengan adanya basis tersebut dapat meningkatkan produktivitas tanaman karet.

DAFTAR PUSTAKA

Pasaribu, S. A., Darojat, M. R., dan Bukit, E. 2018. Teknologi Perakitan Klon Karet Unggul dengan Komponen Biayanya. Talenta Conference Series: Agricultural and Natural Resources (ANR), 1(1), 42--46.

Putranto, R. A. 2022. Bioteknologi Tanaman Karet untuk Indonesia. Marseille. Volume: I

Sayurandi, dan Woelan, S. 2015. Keragaan dan Potensi Hasil Karet dari Beberapa Genotipe Hasil Persilangan Antar Tetua Tanaman Berkerabat Jauh. Jurnal Penelitian Karet, 33(1), 42-43

Siregar, T. dan Suhendry, I. 2013. Budidaya dan Teknologi Karet. Jakarta: Penebar Swadaya

Supriadi M., Widjaya T., Syamsu Y., et al. 2009. Prosiding Konferensi dan Pameran Karet Internasional. Medan, Indonesia: Balai Penelitian Karet Indonesia, hal. 107-115.

Widyasari, T ., S. Hartono dan Irham. 2015. Peremajaan Optimal Tanaman Karet Di PT Perkebunan Nusantara IX (analisis Simulasi Pada Kebun Getas). Jurnal Penelitian Karet, 33(1):47-56.

Dosen Pengampu : Ir. Sundahri, PGDip. Agr. Sc., M.P.

Penulis :  Ayu Fatimatus Z., Sabila Rahma A., Wafiiq Azzam S., Sefina Cahya Rahmawati dan Alviatur Rachmah

Email : sundahri.faperta@unej.ac.id 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun