Mohon tunggu...
Seekha Febriana
Seekha Febriana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa sosiologi

Fisip Uin Walisongo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Pendidikan Seksual bagi Anak Usia Dini di Indonesia

21 November 2021   22:10 Diperbarui: 21 November 2021   22:15 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para orang tua juga harus memperingatkan si kecil bahwa si kecil mempunyai hak serta bisa menolak orang lain yang ingin mencium, memeluk atau segala hal yang bersifat sentuhan. Si kecil juga tidak boleh dipaksa untuk memeluk atau mencium orang lain. Karena, si kecil bisa belajar untuk menunjukkan sikap penolakannya. Para orang tua harus bisa membuat si kecil merasa nyaman berkomunikasi dengan tujuan agar si kecil tidak sungkan berbagi apapun yang dirasakannya kepada orang tua.

Rentang umur 6-9 tahun, para orang tua harus mengajarkan tentang apa saja yang harus dilakukan si kecil guna melindungi dirinya. Para orang tua bisa mengajarkan si kecil tentang tidak bolehnya membuka pakaian sekalipun diiming-imingi uang oleh orang lain atau juga tidak bolehnya alat kelamin si kecil dipegang oleh temannya. 

Selain itu, para orang tua bisa menggunakan hewan tertentu yang tumbuh secara cepat serta terlihat perbedaan jenis kelaminnya (misal: anak ayam) saat bertumbuh dewasa guna mengajarkan tentang perkembangan alat reproduksi. 

 Si kecil bisa diajak untuk mengamati perkembangan alat reproduksi. Para orang tua juga harus memperhatikan suasana hati si kecil, saat menyampaikan materi seks, agar si kecil tidak merasa malu, bodoh ataupun terlalu sembarangan dalam menyikapi seks.

Rentang umur 9-12 tahun, para orang tua bisa memberikan informasi lebih detail terkait apa saja yang akan berubah dari tubuh si kecil saat menjelang masa puber. Anak-anak bisa diajarkan terkait bagaimana cara menyikapi menstruasi ataupun mimpi basah. Pada umur 10 tahun, para orang tua sudah bisa memulai pembahasan terkait kesehatan alat kelamin. Para orang tua bisa menyakinkan si kecil, jika mereka bisa mengikuti semua peraturan kesehatan, maka si kecil tidak perlu merasa khawatir.

Rentang umur 12-14 tahun, para orang tua bisa sebaiknya mengajarkan apa itu sistem reproduksi serta bagaimana caranya bekerja. Perbedaan antara kematangan fisik serta emosional untuk hubungan seksual juga sangatlah penting guna diajarkan.  Para orang tua juga perlu menjelaskan konsekuensi dalam hubungan seksual baik dari segi biologis, psikologis serta sosial. 

Jika, para orang tua merasa cukup berat membicarakan persoalan seksual dengan anak, maka para orang tua bisa meminta bantuan konselor atau psikolog guna menyampaikan pendidikan seksual kepada anak-anak serta membantu para orang tua bisa merasa nyaman saat membahas pendidikan seksual dengan anak-anak.

Banyak orang tua masih bingung dalam menyikapi pertanyaan anak perihal seks. Berikut, beberapa sikap yang orang tua perlu lakukan saat berbicara tentang seks dengan anak. 

Pertama, para orang tua harus meluangkan waktu guna berdiskusi perihal seks dengan anak. Kedua, para orang tua harus memiliki sikap terbuka, informatif serta yakin terhadap terkait topik yang dibahas. Ketiga, para orang tua harus menyiapkan materi serta cara penyampaian materinya bisa disesuaikan umur anak. 

Keempat, para orang tua bisa menggunakan media seperti boneka, gambar, binatang guna mempermudah anak menyerap informasi yang diberikan. Kelima, para orang tua harus membekali diri dengan wawasan cukup perihal seks guna menjawab pertanyaan si kecil. 

Keenam, para orang tua harus menjawab pertanyaan si kecil dengan bahasa yang mudah dimengerti serta jujur. Ketujuh, para orang tua perlu memperkenalkan bagian tubuh si kecil sendiri, bukan tubuh orang lain. Kedelapan, para orang tua bisa berdiskusi terkait hal-hal yang masih ragu seputar seks dengan psikolog atau ahlinya. Kesembilan, para orang tua harus yakin pada diri sendiri bahwa pendidikan seks bagi anak-anak sangatlah bermanfaat serta penting (Ratnasari & Alias, 2016).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun