Mohon tunggu...
Muhammad Wahdini
Muhammad Wahdini Mohon Tunggu... Buruh - pembelajar

.....

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menjajaki Pengurangan Karbon dari Penjualan iPhone 12

27 Oktober 2020   21:11 Diperbarui: 3 November 2020   12:57 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang menarik dalam peluncuran gawai iPhone 12 baru-baru ini. Melalui sebuah acara vitual yang digelar pada peluncuran lini produk terbarunya itu, Apple sekaligus menjawab beberapa rumor yang beredar belakangan ini.

Rumor tersebut terkait dengan penjualan iPhone baru yang hadir tanpa paket pengisian daya alias charger dan aksesori earphone (Jawapost.com 14/09). Uniknya lagi, alasan tidak disertakannya kedua alat pendukung smartphone itu yaitu terkait dengan alasan lingkungan.

Ini menjadi salah satu upaya Apple untuk mencapai carbon-neutral pada tahun pada tahun 2030 pada seluruh siklus bisnis: dari proses penambangan, manufaktur, perakitan, hingga transportasi dan logistik.

Carbon-netral adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyeimbangkan antara jumlah karbon dioksida atau gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca dalam suatu kegiatan yang yang dilakukan perusahaan, atau mengelimilasi secara total emisi gas rumah kaca.

Dengan tidak menyertakan earphone dan pengisi daya, membuat dus iphone lebih kecil, ringan, dan tentunya ramah lingkungan. Akibatnya proses logistik dan pengangkutan akan 70 persen lebih efisien.

Walau langkah ini dianggap sebagian kalangan dianggap sebagai strategi penjualan dengan mengharuskan membeli unit charger secara terpisah, namun upaya mengurangi jejak karbon sebagai bagian strategi jangka panjang perusahaan perlu jadi perhatian.

Lalu pertanyaan mendasar kemudian muncul, apa itu jejak karbon? Mengapa ini menjadi penting untuk diperhatikan?

Mengenal jejak karbon

Kebiasaan dan gaya hidup manusia di era saat ini berdampak baik langsung maupun tidak langsung bagi lingkungan hidup.

Setiap kegiatan yang dilakukan dan barang-barang yang kita gunakan dan konsumsi tidak hadir begitu saja. Ada proses yang menyertainya, dari ekstraksi bahan baku, proses produksi, proses distribusi, dan hingga akhirnya sampai di tangan pasti meninggalkan jejak emisi karbon.

Mengapa demikian?

Dikarenakan hampir di seluruh kegiatan tersebut membutuhkan sumber energi yang saat ini sebagian besar berasal dari bahan bakar fossil yang tak terbarukan seperti: minyak bumi, gas alam, dan batubara. Dari pembakaran bahan bakar tersebutlah emisi dihasilkan dan berakibat pada peningkatan gas rumah kaca.

Gas rumah kaca adalah gas di atmosfer bumi yang menyerap dan memantulkan kembali rariasi sinar matahari ke bumi. Aktivitas manusia belakangan ini menyebabkan produksi gas rumah kaca semakin meningkat. 

Sebagai bagian dari upaya mengurangi peningkatan gas rumah kaca, perlu cara menghitung besaran emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh individu atau organisasi atau perusahaan dalam membuat suatu produk, dan ini yang disebut jejak karbon.

Sederhananya, semakin tinggi nilai jejak karbon yang dihasilkan, semakin tinggi pula konsetrasi gas rumah kaca yang ada di atmosfir bumi, dan akan menyebabkan suhu bumi yang meningkat dan berujung pada perubahan iklim.

Inisiasi Pengurangan Jejak Karbon

Upaya yang dilakukan Apple dengan mengurangi earphone dan charger dalam paket penjualan smarphone yang membuat dus lebih kecil--terlepas ini bagian dari strategi penjualan--dapat dikatakan bagian dari upaya pengurangan jejak karbon. Ada rantai produksi dan distribusi yang ditekan untuk mengurangi emisi yang dihasilkan. 

Perubahan yang dilakukan bahkan diklaim akan mengurangi emisi atau jejak karbon sebesar 2 juta per ton per tahun atau setara menghilangkan 450.000 mobil per tahun.

Namun upaya pengurangan jejak karbon tidak hanya terhenti disitu. Penggunaan lebih banyak material daur ulang (upcycling) untuk produk terbaru harus ditingkatkan. Ini juga akan memacu percepatan circular economy di masa mendatang.

Lain itu, efisiensi penggunaan energi pada tahap produksi dan lebih menggunakan energi terbarukan harus diakselerasi. Tidak hanya pada proses produksi, pada proses distribusi produk, penggunaan kendaraan dengan energi terbarukan harus diutamakan ketimbang menggunakan kendaraan berbahan bakar fossil.

Pengurangan dari hulu

Di samping langkah progresif yang dilakukan oleh produsen, upaya pengurangan jejak karbon juga dapat bermula di hulu, dari kebiasaan-kebiasaan aktivitas manusia dalam keseharian.

Sebagai contoh, Kebiasaan memulai untuk berkebun dari rumah membuat rantai produksi bahan makanan dan distribusi begitu dekat sehingga potensi emisi yang dipakai kendaraan untuk berbelanja dapat diminimalisir. 

Dari aktivitas berkebun, kebiasaan untuk memasak -walaupun tetap menggunakan bahan bakar tak terbarukan- kemudian muncul pula.

Dari kedua aktivitas ini, residu atau sampah makanan yang dihasilkan akan banyak organik dan mudah terurai oleh alam. Langkah ini jelas akan mengurangi potensi sampah anorganik dari kemasan plastik atau anorganik.

Upaya pengurangan jejak karbon juga mengisyaratkan pentingnya mendahulukan hal yang penting (primer) dalam pemenuhan kebutuhan dan menegasikan kebutuhan tersier. 

Bila tidak terlalu penting, mengganti smartphone untuk mengikuti tren terbaru dapat ditunda dan cukup menggunakan gawai yang lama, begitu pula dengan kebiasaan membeli fesyen anyar. Ini sejalan dengan gaya hidup minimalis yang mulai marak belakangan.

Disadari atau tidak, di masa pandemi ini, upaya pengurangan jejak karbon telah dan sedang dilakukan. Berharap bahwa jejak karbon sama sekali hilang tidaklah mungkin, tapi kita punya peran untuk berkontribusi mengurangi jejak-jejak karbon itu dari sekarang, karena sayangnya, kita hanya punya 1 bumi, karena itu cintailah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun