Sebagai contoh, Kebiasaan memulai untuk berkebun dari rumah membuat rantai produksi bahan makanan dan distribusi begitu dekat sehingga potensi emisi yang dipakai kendaraan untuk berbelanja dapat diminimalisir.Â
Dari aktivitas berkebun, kebiasaan untuk memasak -walaupun tetap menggunakan bahan bakar tak terbarukan- kemudian muncul pula.
Dari kedua aktivitas ini, residu atau sampah makanan yang dihasilkan akan banyak organik dan mudah terurai oleh alam. Langkah ini jelas akan mengurangi potensi sampah anorganik dari kemasan plastik atau anorganik.
Upaya pengurangan jejak karbon juga mengisyaratkan pentingnya mendahulukan hal yang penting (primer) dalam pemenuhan kebutuhan dan menegasikan kebutuhan tersier.Â
Bila tidak terlalu penting, mengganti smartphone untuk mengikuti tren terbaru dapat ditunda dan cukup menggunakan gawai yang lama, begitu pula dengan kebiasaan membeli fesyen anyar. Ini sejalan dengan gaya hidup minimalis yang mulai marak belakangan.
Disadari atau tidak, di masa pandemi ini, upaya pengurangan jejak karbon telah dan sedang dilakukan. Berharap bahwa jejak karbon sama sekali hilang tidaklah mungkin, tapi kita punya peran untuk berkontribusi mengurangi jejak-jejak karbon itu dari sekarang, karena sayangnya, kita hanya punya 1 bumi, karena itu cintailah!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI