Beberapa spanduk dan banner berukuran sedang terpampang dibeberapa ruas jalan di salah satu komplek real estate di kotaku. Isinya ajakan untuk melakukan shalat ied adha di area komplek tersebut, uniknya, spanduk itu juga mmberikan iming-iming ice cream dan minuman kotak untuk jamaah nantinya. Wow. Dari yang kulihat di spanduk tersebut, terpampang pula logo restoran cepat saji ternama yang menjadi sponsor pagelaran Shalat Ied Adha nantinya. Aku hanya membayangkan, begitu ramainya pagi esok, jamaah berbondong-bondong untuk datang lebih pagi mengambil tempat disisi stand pembagian ice cream itu. Bukan di depan dekat dengan khotib? Mungkin saja tp daya tarik ice cream mungkin begitu kuat. Mungkin. Tampak anak-anak dan juga orang tuanya nampak heboh berebutan, mereka takut kehabisan, tak cukup satu ice cream, mereka datang lagi dengan harap dapat mengambil jatah dari yang seharusnya. Beberapa orang tidak lagi hirau dengan semangatnya khotib menyampaikan pesan pengurbanan, tentang esensi Idul Adha yang sesungguhnya. Jamaah mulai tidak konsen, panik. Pagelaran ini lebih dari sekedar ritualistik tapi juga riuh pasar. Bayanganku mungkin berlebihan tapi aku boleh prihatin, ketika penyelenggaraan Shalat harus di iming-imingi makanan sebagai item penarik animo jamaah untuk hadir dan shalat di tempat itu. Keinginan untuk memilih lokasi shalat ini ketimbang yang lainnya dengan pertimbangan sepotong ice cream adalah hal yang naif dan membuat miris. Hufh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H