Mohon tunggu...
sede
sede Mohon Tunggu... karyawan swasta -

i am se de :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[.] Makna Tanda Titik dan Kenapa-Mengapa

4 Februari 2016   08:54 Diperbarui: 4 Februari 2016   09:11 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="copyright by: http://i.telegraph.co.uk/multimedia/archive/02084/anonymous_2084952b.jpg"][/caption]

 

Waktu hujan sore-sore.. sebuah tanda titik datang padaku. Ia tidak mengucap salam terlebih dahulu, pun membuat salam atau segala sesuatu seperti kewajaran sebuah peradaban. Aneh, hati dan mata berpikir, apakah gerangan yang sedang terjadi? Mungkinkah dunia tidak nyata sedang beranjang sana ke dunia nyata?

Ela mattin tetangga yang lama sekali tidak terlihat batang hidungnya tiba-tiba saja memperlihatkan dua batang taringnya, menyeringai, menyeringai, mirip bekantan yang tidak suka dengan kehadiran betina (apakah dia homo? Apakah binatang juga punya komunitas homo?).

“Sudah, sudah...,” pakdhe datang menyela. Mengapa kamu dan kamu dan kamu buru-buru menunjukkan taring dan berkata kasar, menyalahkan dan berkelit, menampakkan ketidaksukaan dan anggapan bahwa tanda titik punya maksud buruk? Sambung pakdhe. Hanya “orang” yang dapat menerima kritikan dengan lapang dada dan menampungnya dalam kolam pembangunan pribadi menuju arah yang lebih baik! Selain itu... entahlah,

“Kamu sekolah kan?”

“Ohh pakdhe..,” buru-buru kuminum kopi pahit yang semakin menuju ke dingin.

 

Waktu hujan sore-sore..

sebuah tanda titik datang padaku.

Ia tidak mengucap salam terlebih dahulu,

pun membuat salam atau segala sesuatu seperti kewajaran sebuah peradaban.

Aneh,

hati dan mata berpikir,

apakah gerangan yang sedang terjadi?

Mungkinkah dunia tidak nyata sedang beranjang sana ke dunia nyata?

 

Entahlah ini dunia nyata atau fiksi, 04 Februari 2016

bukan sede

hanya noktah kecil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun