Mohon tunggu...
sede
sede Mohon Tunggu... karyawan swasta -

i am se de :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kentutmu Bau, Maaf

6 Januari 2016   17:15 Diperbarui: 6 Januari 2016   17:33 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="copyright by bowobagus"][/caption]

Judul: kentutmu bau, maaf

 

 

Pak, pak, pak...”

Hem?”

Ada apa?”

Maaf pak, kentutmu bau....”

Apa?”

Merah seperti kepiting rebus raut mukanya waktu itu, bahkan bila ada cabe yang paling merah pun, kukira tak akan mudah untuk membedakan warnanya, terang Joko. Sri hanya manggut-manggut sambil terus melipat baju-baju kering hasil jemuran seharian di teras rumah mereka.

Ha ha ha ha,” tiba-tiba pak Jon tertawa terbahak-bahak seisi ruang makan prasmanan di kantor sontak menghentikan kegiatan mereka, lalu memalingkan pandangan mereka bersama-sama.

Hei dengar, lihat, ini anak baru kemaren sore kerja disini, sudah berani jujur sekali pada saya, iya nggak Ko? Betul kan?”

Lalu aku menggangguk saja Sri, tak berani berkata-kata, apalagi menjawab dengan kata: iya, begitu Sri, kata Joko. He em, balas Sri seraya tersenyum simpul pada suaminya yang memang agak kurang setengah kata tetangga sebelah, tapi ah sudahlah, toh ia jujur dan baik, gumam Sri dalam hati. Seonggok pakaian asal pantas dipakai masih menunggu untuk dilipat dan disetrika.

Selamat ya Joko, bener kan kamu yang namanya Joko, yang paling jujur di kantor ini?” tanya pak Jon sambil mengulurkan tangannya, memberi ucapan selamat

Aku menggaangguk lagi Sri... dan setelah aku berjabat tangan dengan pak Jon, gemuruh tepuk tangan menggema bagai memberi ucapan selamat pada Valentino Rossy yang juara moto jipi itu loh Sri, lirih bisik Joko di depan telinga Sri, setali tiga uang, sambil bercerita, sambil menggoda istrinya agar mau diajak berbuat....

Sekali lagi selamat ya Jok...”

Aku tersenyum bangga Sri, lanjut Joko

Hoi, dengar ya para karyawan yang ada disini, Saya pak Jon, berkata, bahwa karena kejujurannya, maksud saya kejujuran si Joko, maka dengan ini saya menghadiahi Joko dengan...”

Dapat apa Kang?” kali ini Sri nampak menggelendot manja di dada Joko, seakan memberi kode bahwa ajakan suaminya itu telah diberi lampu hijau...

Ya sekali lagi, dengar, karena kejujurannya, maka dengan ini saya menghadiahi Joko dengan hadiah istimewa..... Yaitu... dipecat!”

Selamat ya Jok!” bisik pak Jon di telinga Joko

Jadi begitu Sri, lemah bisik Joko sekali lagi di telinga kiri sri.

Apa?”

Huh! Minggat sana mas! Jangan sentuh aku! Dasar!”

Tapi Sri, sepertinya tadi kamu mau...”

Sana sama kucing saja!”

 

 

Jogja, 6 Januari 2016

sede saja

susah jadi orang jujur...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun