Dalam adegan ini, perempuan digambarkan sebagai seseorang yang tidak memiliki hak untuk didengarkan dan berbicara secara lantang. Namun sejatinya, perempuan harus menjadi speaker yang selalu berbicara tentang kehidupan. Hal ini bukanlah tanpa alasan, perempuan merupakan makhluk Tuhan yang selalu bekerja menggunakan hati, sehingga tentunya perempuan memiliki sikap empati dan kepedulian terhadap sesama yang sangat tinggi dan perasaan yang selalu tepat pada sasarannya.
2. Perempuan seakan-akan selalu dianggap sebuah benda mati. Perempuan tidak diberikan hak untuk memilih atau menentukan hidupnya. Pilihan hidup seorang perempuan dipegang sepenuhnya oleh laki-laki. Hal ini terlihat dalam adegan ketika Ali memaksa Mullah Hassan untuk meyakinkan Soraya.
Ali: “Soraya akan setuju kalau dia tahu yang terbaik untuknya”.
Hassan: “Ya, tapi wanita bisa menjadi keras kepala. Seharusnya kau tahu tentang istrimu”.
Ali: “Kau harus meyakinkan dia”.
Hassan: “Insya Allah”.
Ali:“Tidak! Yakinkan dia. Dia tidak punya pilihan”.
Hassan: “Insya Allah”
Ali: “Jangan ‘Insya Allah’ padaku. Kau tak bisa jadi Mullah lagi karenaku. Aku punya bukti latar belakangmu di penjara”.
(Flashback adegan di penjara)
Hassan: “Kau mengancamku?”