Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang gadis bernama Aisyah. Aisyah adalah seorang yang tekun dalam menjalani ibadah, terutama saat bulan Ramadan tiba. Baginya, bulan Ramadan adalah waktu yang istimewa di mana dia merasa lebih dekat dengan Allah SWT.
Setiap malam, Aisyah menyempatkan diri untuk beribadah di atas sajadahnya. Di atas sajadah inilah dia merenungkan kebesaran Allah dan memohon ampunan-Nya. Di malam-malam Ramadan yang sunyi, dia merasakan kehadiran-Nya yang begitu dekat, mengisi hatinya dengan kedamaian dan kebahagiaan yang tak terlukiskan.
Suatu malam, ketika bulan Ramadan telah memasuki pertengahan, Aisyah merasa hatinya tergetar oleh sebuah panggilan. Panggilan itu datang dari dalam dirinya sendiri, mengajaknya untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar ibadah di atas sajadah. Dia merasa bahwa Allah sedang mengundangnya untuk melakukan kebaikan yang lebih besar.
Tanpa ragu, Aisyah pun berdiri dari sajadahnya dan keluar dari rumahnya. Di luar, terdapat sebuah keluarga yang sedang berjalan-jalan di sekitar desa mereka. Mereka terlihat kelelahan dan kelaparan, namun tidak memiliki cukup uang untuk membeli makanan.
Tanpa pikir panjang, Aisyah menghampiri mereka dan menawarkan bantuan. Dia mengajak mereka ke rumahnya dan menyajikan hidangan berbuka puasa yang telah dia siapkan. Keluarga itu terkejut dan terharu dengan kebaikan hati Aisyah, dan mereka pun bersama-sama menikmati hidangan lezat tersebut.
Setelah berbuka puasa bersama, keluarga itu menceritakan tentang kesulitan yang mereka hadapi dalam hidup mereka. Aisyah mendengarkan dengan hati yang penuh empati, dan dia bertekad untuk membantu mereka sebisa mungkin. Dia menawarkan pekerjaan kepada ayahnya sebagai petani di ladang mereka, dan memberikan bantuan finansial kepada mereka.
Sejak malam itu, Aisyah tidak hanya beribadah di atas sajadahnya, tetapi juga berbuat kebaikan kepada sesama. Setiap hari, dia menyempatkan waktu untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, memberikan makanan kepada yang lapar, dan memberikan senyum kepada yang sedih.
Bulan Ramadan berlalu dengan cepat, namun jejak kebaikan yang telah ditinggalkan oleh Aisyah tetap melekat di hati orang-orang di sekitarnya. Mereka mengagumi ketulusan dan kebaikan hati gadis itu, dan mereka terinspirasi untuk mengikuti jejaknya.
Di atas sajadah Ramadan, Aisyah tidak hanya merenungkan kebesaran Allah, tetapi juga mempraktikkan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi Aisyah, bulan Ramadan adalah waktu di mana cinta dan kasih sayang melimpah ruah, dan dia berjanji untuk terus menjalani hidup dengan penuh kebaikan dan keberkahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H