BANJARNEGARA- Membaca merupakan kunci pengetahuan dan gerbang cakrawala dunia, tapi pada akhir-akhir ini kegiatan membaca seakan bukan kegiatan yang menarik dan tidak banyak diminati oleh sebagiaan anak-anak dan remaja.
Mereka lebih asyik dan nyaman bergedget ria dibanding membaca. Padahal masa depan suatu bangsa tergantung dengan pengatahuan dan wawasan pemudanya. Tapi lain halnya di Banjarnegara, tepatnya di Desa Glempang Kecamatan Mandiraja, ada salah satu pemudanya yang aktif dan giat memperjuangkan literasi baca dan menulis.
Sudarpono pria keliharan Banjarnegara tahun 1976 ini, di awal tahun 2017 mempunyai mimpi ingin mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sendiri, dan setelah kurang lebih satu tahun mengumpulkan ide-ide akhirnya mimpinya dapat kenyataan dan secara resmi berdiri "TBM Umab Buku Mayuh Maca" pada tanggal 30 Desember 2017.
"Sebelumnya saya aktif di TBM Pena Ananda Tulungagung Jawa Timur. Sebagai pegiat literasi kurang lebih 7 tahun, kemudian pada tahun 2017 saya pulang ke Banjarnegara merasa ada sebagian dunia yang hilang, yaitu dunia literasi baca tulis dan saya mempunyai mimpi ingin mendirikan TBM sendiri dan alhamdulillah pada akhir Desember 2017 mimpi saya terwujud," tuturnya.
Sampai saat ini koleksi buku yang ada di TBM Umah Buku Mayuh Maca kurang lebih ada 250 eksemplar sebagain adalah koleksi pribadi dan sekitar delapan puluh persen adalah hasil sedekah buku dari teman-teman saya kata pria umur 43 tahun tersebut melalui Umah Buku Mayuh Maca.Â
Mr. pono, saapan akrab teman-temanya ini ingin berbagi pengalaman dalam dunia literasi di banjarnegara khususnya di desa glempang. "Saya berharap di Desa Glempang tempat kelahiran saya berkembang gerakan literasi membaca dan menulis melalui wadah taman baca" imbuhnya.
Selain aktif mengelola taman baca, sudarpono atau dikenal siwisang dalam nama penanya pria ini juga aktif menulis, hingga saat ini sudah ada 5 buku yang diterbitkannya diantaranya adalah buku Girinda Para Raja Tumapel Majapahit.
Ini merupakan tafsir baru sejarah para raja klasik tumapel Majapahit buku ini menceritakan tentang cikal bakal kerajaan tumapel zaman Empu Sindak sampai dengan zaman era majapahit akhir tahun 1986 M.
"Banyak tafsir baru para raja klasik yang selama ini tidak/belum terungkap atau dikenal dalam buku-buku sejarah nasional," tuturnya.
Contohnya dalam buku saya menampilkal tafsir baru bahwa Ken Arok adalah putra Raja Jenggala. Sedang selama ini dalam buku-buku sejarah nasional, Ken Arok hanya dikenal sebagai rakyat jelata. imbuhnya. Sudarpono juga mengatakan bahwa Majapahit hancur bukan karena serbuan kesultanan Islam Demak tahun 1486 melainkan runtuh pada tahun 1527 M.
Sudarpono juga berharap dengan berdirinya Umah Buku Mayuh Maca, mudah-mudahan gerakan gemar membaca menjadi budaya di Banjarnegara khususnya Desa Glempang. "Saya lebih menekankan desa glempang dan mudah-mudahan menginspirasi desa-desa lain yang ada di Banjarnegara," tuturnya.