setiap kali ibunya menangis prasojo pun beruaha menjelaskan keputusannya dan menenangkan hati ibunya.
"Bu, maafkan aku bu, aku mungkin salah. mungkin tetangga kita benar, aku orang bodoh. kanapa aku harus menolak kedua tawaran pak suaib,
tapi aku ingin belajar agama yang langsung dari pesantren dan tidak melalui internet dan televisi bu" ucap prasojo sambil memeluk ibunya.
"iya nak tidak apa-apa, aku bangga nak, kamu sudah besar dan bisa mengambil keputusan tanpa menghiraukan ucapan tetangga. aku hanya takut nak,
takut kamu ikut orang-orang yang beragama tapi mengolok saudaranya dan merasa paling islamis nak"
merekapun saling mengusap air mata. tiba-tiba siti khotijah datang "mas ada tamu dari kediri, katanya teman mas di smp dulu"
merekapun keluar menemui tamu dari kediri.
"oooh... mas imam.. piye kabare kang?" tanyaku dengan tawa penuh semangat
"alhamdulillah kang. kabar baik. kami pun ngobrol ngalor-ngidul, ternyata setelah lulus SMP Kang imam Nyantri di pesantren di kediri. dan tak terasa sudah malam, jam sudah menunjukan pukul 00.45 WIB, kang imam pun nginep di gubuk bapakku.
singkat cerita aku pun ikut kang imam nyantri di Pesantren Nurul Mustafa asuhan KH. Marzuki Usman, disela-sela ngiji santripun boleh bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
menurut kabar terakhir, kini wanatirta prasojo mengajar menjadi dosen di universitas agama ternama dijakarta, menikah dengan putrinya KH. Marzuki Usman pengasuh Pesantren Nurul Mustafa Kediri. karena menurut kabar dari mbok kunah tetangga Mas Prasojo sewaktu dipesantren dapat beasiswa kuliah di Al-Azhar Cairo hingga menyelesaikan S2 disana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H