Mohon tunggu...
Henny
Henny Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger | Ibu Bekerja

Ibu bekerja yang sekedar ingin diperhatikan melalui curahan pemikiran di setiap tulisan dan juga suka memperhatikan orang-orang melalui buah pemikirannya di setiap tulisan-tulisannya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Karyawan Memang Butuh Uang tapi Bukan Berarti Bisa "Ditindas"

22 Juli 2022   00:24 Diperbarui: 25 Juli 2022   09:20 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Seorang Karyawan yang Burn Out (Freepik.com)

Akhir-akhir ini semakin ramai status-status di sosial media yang berisi pengakuan sedang mengalami gangguan kejiwaan. Istilah kerennya Mental Disorder. Mulai dari artis sampai masyarakat biasa termasuk juga para karyawan alias pekerja kantoran.

Burn out. Istilah yang sering menjadi masalah karyawan saking udah mumet ndase. Bukan hanya karena banyaknya pekerjaan tapi ada lagi faktor-faktor yang sering membuat stres karyawan dan berujung gangguan kejiwaan, seperti:

  1. Beban tanggung jawab yang banyak.
  2. Rekan kerja yang egois dan sulit diajak bekerja di dalam tim.
  3. Sistem kerja yang membingungkan dan melelahkan.
  4. Atasan yang selalu bertindak semena-mena dan tidak pernah mau tahu dengan kondisi bawahannya.

Saya tidak akan membahas satu per satu poin diatas. Hanya poin ke-4 yang akan saya bahas melalui artikel ini.

Karena Atasan itu adalah kunci yang membuat karyawan bisa bekerja dengan suasana hati lebih bahagia walaupun beban tanggung jawab banyak, rekan kerja egois, dan sistem kerja yang sulit.

Iya dong, kalau atasan kita bisa mengerti bagaimana lelahnya kita ketika mengalami ketiga kondisi di atas dan berempati membangkitkan gairah kerja atau memberikan toleransi, pasti bawahannya juga bisa sedikit merasakan kelegaan. Karena setidaknya ada pembelaan dan perlindungan.

Ya, Atasan itu semestinya menjadi "orangtua" saat di kantor!

Namun, sayangnya masih banyak teman-teman yang mempunyai kedudukan sebagai seorang atasan bertindak agak semena-mena ke bawahannya dengan dalih kepatuhan seorang karyawan.

Padahal kepatuhan yang dimaksud sebenarnya adalah kepatuhan pada aturan-aturan manajemen perusahaan. Bukan patuh pada semua aturan dari atasan termasuk aturan pribadi.

Atasan yang selalu marah (Freepik.com)
Atasan yang selalu marah (Freepik.com)
Contoh beberapa tindakan semena-mena seorang Atasan ke bawahan:
  1. Membuat aturan yang tumpang tindih dengan aturan perusahaan.
  2. Menggunakan bahasa yang kasar saat marah.
  3. Memaksa menyelesaikan pekerjaan tanpa mau tahu kondisi kesehatan karyawan.
  4. Memaksa bawahan untuk membeli barang jualannya.
  5. Secara tidak langsung memaksa bawahan untuk mengurus urusan pribadinya.
  6. Memberikan tugas mendadak di saat jam pulang.

Mungkin kalau dibuat angket kepada para karyawan tentang perilaku semena-mena atasan mereka, daftar di atas isa lebih panjang lagi.

Dan tidak cukup sampai di situ, atasan biasanya menggunakan ancaman-ancaman tidak langsung yang membuat bawahan mau tidak mau melakukan perintah "aneh" si atasan. Walaupun dengan berat hati, mereka terpaksa melakukannya asalkan bos senang.

 Beberapa contoh ancaman tidak langsung Atasan ke bawahan jika tidak patuh seperti:

  1. Akan dimutasi ke daerah terpencil.
  2. Sulit naik golongan.
  3. Bonus yang kecil.
  4. Mempersulit karyawan mengurus urusan pribadinya.

Nah, inilah yang sering membuat karyawan stres berat yang berujung kepada Mental Disorder apabila tidak segera diatasi. Ujung-ujungnya, mereka bekerja tanpa passion. Bekerja hanya untuk menyelesaikan kewajiban tanpa mau memperbaiki kualitas kerja. Bekerja juga jadinya hanya supaya dapur ngebul. 

Dan yang ada nantinya, para karyawan itu akan:

  1. Sering pusing dan sakit.
  2. Stres berat.
  3. Gampang marah.
  4. Tidak bersosialisasi.
  5. Sulit tersenyum. Hehehe...

Bayangkan bertahun-tahun mengalami semua itu ya pastinya mengganggu kejiwaan kan. Belum lagi kalau ditambah dengan kehadiran 3 poin faktor penyebab stress karyawan yang saya bahas di awal artikel ini. Waduh...hidup bisa benar-benar ambyar deh.

Dari Mental Disorder, pada akhirnya juga berimbas pada gangguan kesehatan fisik. Bisa mengalami kerusakan syaraf, kerusakan otak, gangguan pada organ-organ tubuh, naiknya gula darah, dll.

Ironisnya, masih ada keluarga yang butuh ditanggungjawabi oleh karyawan tersebut.

Lah, kalau si karyawan sakit-sakitan dan ujung-ujungnya berhenti dari pekerjaan, bagaimana nasib keluarganya?

Karyawan Pusing (Freepik.com)
Karyawan Pusing (Freepik.com)

So, eloklah kita sebagai Atasan juga mempunyai empati dan toleransi. Bawahan memang sangat butuh uang untuk biaya hidup. Dan memang mereka akan melakukan perintah-perintah Atasan walaupun berat dan kadang di luar nalar hanya supaya bisa tetap kerja. Ditengah tekanan itu, mereka hanya bisa pasrah karena selalu beralasan, mau makan apa kalau tidak kerja?

Teman-teman punya pengalaman seperti inikah? Atau ada tips dan trik mengatasi tekanan jiwa seperti ini supaya jangan sampai sakit jiwa? Yuk berbagi di komen...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun