Mohon tunggu...
Henny
Henny Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger | Ibu Bekerja

Ibu bekerja yang sekedar ingin diperhatikan melalui curahan pemikiran di setiap tulisan dan juga suka memperhatikan orang-orang melalui buah pemikirannya di setiap tulisan-tulisannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bertahan, Pertanda Loyal atau Takut?

28 November 2021   23:00 Diperbarui: 3 Desember 2021   03:43 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Rina, Wakil Para Perempuan yang Sedang Terpaksa Bertahan

Ini sudah yang kedua kali Rina minum obat sakit kepala yang memang selalu disediakannya di dalam tas atau dompet. 

Hah...sampai nyetok gitu ya. Ya, begitulah Rina. Kalau saja ada penghargaan untuk pengguna obat sakit kepala paling sering bisa jadi Rina juaranya. Hehe...becanda ya. 

Bukan tanpa sebab Rina bolak balik sakit kepala. Dalam seminggu aja pasti ada sakit kepala minimal satu kali. Kok bisa? 

Biasanya sakit kepalanya itu muncul kalau maagnya kumat akibat stres dan telat makan. Terus kalau pagi-pagi lupa minum black coffee, bakalan kumatlah si kepala. Satu lagi yang bikin sakit kepala yaitu kalau lagi kedatangan  tamu bulanan.

Sebenarnya sumber utama sakit kepalanya Rina itu cuma satu yaitu Rasa Takut. 

Pertama, dalam hubungan rumah tangga, Rina mendapatkan tekanan yang sangat besar dari suami. Belum lagi kedua anaknya yang masih balita dan sedang aktifnya menambah keruwetan tekanan batin Rina. 

Karakter suami yang manja dan kasar, membut Rina selalu ketakutan setiap bangun tidur dan masuk ke rumahnya. Sampai sebegitu takutnya.

Jelas dong, makanan kurang enak, atau anak-anak yang ribut bisa jadi alasan sang suami memaki dan membentak Rina. Padahal Rina seharian sudah lelah dengan keruwetan di kantornya.

Lalu yang kedua sebagai sumber ketakutan adalah pekerjaannya. Muatan beban kerja yang berlebih ditambah atasan yang sangat otoriter plus egois lalu dibumbui dengan sistem perusahaan yang rumit, jelas memut Rina pun takut setiap melangkah masuk ke kantor. 

Dalam hatinya selalu muncul, nanti si bos bakalan ngamuk ke aku gara-gara apa ya? Atau mungkin, nanti aku dituding melakukan kesalahan apa lagi ya supaya kesalahan si bos tertutupi? 

Begitulah setiap hari. Rina tetap bertahan menjalani hidup dengan rasa takut dan yang sering menjadi pelampiasan adalah kedua anaknya yang masih balita. 

Kasian ya anak-anaknya. Karena ibunya terluka secara mental, jadinya menular ke anaknya. 

Dan sayangnya Rina sulit untuk mengungkapkan masalah rumah tangga atau masalah kerjanya juga karena malu sama orang. Duh gusti....

Begitulah, bukan hanya Rina, salah satu perempuan yang bertahan hidup dengan rasa takut. Tapi masih banyak perempuan-perempuan lain yang hidupnya juga seperti itu. Dari pagi sampai malam hanya diisi dengan ketakutan.

Lalu apa sih yang mereka takutkan?

Banyak perempuan bertahan dalam rumah tangga yang sakit bukan karena setia alias cinta mati sehidup semati dengan suami. Tapi karena takut. Takut apa? 

Satu, takut jadi janda. Karena biasanya image janda alias single mother itu kurang baik.

Kedua, takut ketahuan keluarga kalau rumah tangga sedang bermasalah, malah nantinya bikin keluarga pada pusing.

Ketiga, masih banyak ketakutan lain kalau nanti berontak pada suami.

Nah itu baru dalam urusan rumah tangga. Gimana kalau dengan urusan kantor? Apa sih yang ditakutkan?

Satu, takut dipecat nanti mau makan apa? Suami kerjanya gak jelas. Tabungan belum ada plus rumah juga masih ngontrak. 

Dua hal di atas merupakan hal-hal yang sering menjadikan sumber katkutan perempuan saat ini. Akibatnya, mereka lebih rentan terkena penyakit dan yang lebih ironisnya adalah terganggunya kesehatan mental.

Ilustrasi | Sumber : freepik.com
Ilustrasi | Sumber : freepik.com

Di sini aku sebagai perempuan sebenarnya hanya ingin beropini dan mengajak perempuan-perempuan yang mungkin setiap hari harus menelan pil ketakutan untuk tetap bertahan.

Mungkin tujuan kamu bertahan untuk hal yang mulia. Tapi kamu juga perlu untuk survive minimal untuk anak atau orangtua. Bagaimana kamu bisa melanjutkan hidup kalau mental dan tubuhmu sakit?

Kamu tidak harus bercerai atau juga menjadi perempuan kasar untuk ditakuti suami. Karena yang paling penting adalah dihargai bukan ditakuti. 

Dan untuk tindakan suami yang membuatmu ketakutan, tersiksa, dan juga mengalami kerugian materi, kamu perlu bersikap tegas. 

Alih-alih untuk menyelamatkan rumah tangga, seringnya sikap terus mengalah dan nurut saja dengan perilaku buruk suami berakibat porak porandanya rumah tangga itu sendiri. Apalagi kalau sudah menyentuh ke aspek keuangan.

Kamu perlu berterus terang ke keluarga atau menghubungi konselor pernikahan atau juga pihak berwajib kalau sudah terjadi kekerasan fisik dan psikis.

Sedangkan untuk urusan kantor, mungkin memang agak sulit untuk berontak dikarenakan adanya aturan-aturan perusahaan yang mengikat. Namun, kita tidak lansung pasrah dengan keterikatan itu, teruslah mengupgrade diri. 

Mulailah mencoba bisnis-bisnis kecil yang tidak perlu modal besar. Atau kamu bisa juga mencoba peruntungan lain yang saat ini banyak diminati ibu-ibu yaitu menjadi influencer dan content creator yang banyak diendorse brand untuk pemasaran produk. 

Atau kamu mulai mencoba melamar pekerjaan di tempat lain, siapa tahu ada lowongan yang sesuai dengan pengalaman kerjamu. Kamu bisa mulai dengan personal branding di LinkedIn.

Kesimpulan

Percayalah, orang-orang yang menyakitimu itu tahu akan rasa takutmu dan mereka memanfaatkan rasa takut itu untuk menekanmu sesuka hati karena mereka tahu kamu pasti tetap bertahan.

Heyy...sayangi dirimu. Ini bukan zona nyamanmu. Ayo keluar dari lingkaran ketakutanmu. Ada sosok yang Paling Berkuasa atas bumi dan isinya. 

Ketika  kamu masih sadar kalau kamu sedang dalam hubungan yang sakit, segera keluar. Niatmu yang tulus dan jujur aka mendapat jamahan-Nya kok. Tuhan gak tutp mata, hati, dan telinga.

Jangan bertahan dalam ketakutan.

Kamu sedang dalam fase bertahan karena ketakutan?

Atau kamu ada pengalaman seperti ini dari keluarga atau teman?

Yuk cerita yuk...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun