Mohon tunggu...
Kak Ian
Kak Ian Mohon Tunggu... -

Paling benci dengan pembully dan juga benci dengan orang-orang yang dengki sama orang yang sukses. Karena mereka adalah penjahat yang nyata!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Catatan Mahasiswa Konversi #2

3 Oktober 2017   11:43 Diperbarui: 5 Oktober 2017   12:41 1932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang Muda yang Sok Tahu dan yang Tua yang (Tak) Mau Mengalah

"Bukan golonganku, orang yang tak sayang pada yang muda dan tak hormat paa yang tua." (HR.Bukhari-Muslim)

Saya adalah mahasiswa konversi di mana saya berkuliah. Tentu saja masuk sebagai mahasiswa konversi ada beberapa hal yang saya alami dan rasakan sekaligus saya amati pula.  Hingga akhirnya lahirlah tulisan ini.

Maklum saya selain menjadi mahasiswa dan mengajar 'sampingan' saya menulis apapun itu genrenya. Apalagi jika ada sesuatu yang memang perlu diluruskan dan tidak sesuai dengan  hati saya. Tidak sreg. Pasti saya menuliskannya. (Maklum naluri penulis pun timbul).

Maka menulislah yang saya perbuat! Dikarenakan saya tidak pandai berdiplomasi dan 'banyak omong' apalagi berdebat pepesan kosong. Dengan menulislah cara saya mengekpresikan segala apapun yang menjadi 'kegundahan' saya. Walaupun bila nanti ada yang membaca tulisan saya, lalu mengatakan 'lebay'. Itu tidak masalah. Sah-sah saja pembaca mengatakan hal itu. Lagi pula toh saya yang mengalami dan bila ada yang mengalami, serupa dengan saya. Ya, hitung-hitung saya shating. Lagi-lagi apa yang saya rasakan.

Kembali ke persoalan saya mengenai hal yang saya sukai menjadi mahasiswa konversi. Salah satu diantaranya saya kuliah tidak dari awal lagi (baca : mahasiswa baru) dan tidak mengulang perkuliahan. Tapi tinggal meneruskan tingkat yang akan saya lanjutkan. Ingat tapi ini lain jurusan dengan sebelumnya.

Walaupun dari segi mata kuliah ada perbedaan yang signifikan saat menyelesaikan perkuliahan terdahulu. Tapi hal itu bisa saya imbangi. Bagi saya itu tidak ada masalah. Anggap saja itu 'ujian' menjadi mahasiswa kembali.

Karena itulah resikonya (menjadi mahasiswa) jika melanjutkan ke bangku kuliah lagi.  Toh, asal rajin kuliah dan tanya-tanya dosen insyaAllah terbantu. Bukan begitu? 

Satu lagi. Teman-teman sekelas saya usianya muda-muda semua. Bisa dikatakan kategori di atas ABG. Asal bukan ABG labil dan pecicilan. Tapi itu tetap tak berefek samping dengan saya. Tidak memiliki dampak apa-apa. Tetap saja usia saya tua dibanding mereka. Tapi sih asal "bermutu asam muda" (bermuka tua asal semangat muda). Itu tidak bermasalah!

Itu kalau bicara hal yang saya sukai ketika menjadi mahasiswa konversi bila dari internalserta personality. Tapi sudah lain hal jika bicara yang saya tidak sukai, dalam hal ini dari eksternal yakni cara berkomunikasi dan bergaul. Sebenarnya saya tidak menerima sikon (situasi dan kondisi) seperti ini. Dan itu semua di luar dugaan saya. Mau tidaknya saya harus menerima sikon tersebut.

Padahal komunikasi itu mempunyai arti adalah peristiwa sosial-peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lainnya.

Inilah yang saya alami ketika saat ini, menjadi mahasiswa konversi. Di mana saat saya berkomunikasi dengan teman-teman sekelas saya itu di bangku kuliah. Saya sudah merasakan adanya 'ketidakberesan'. Apalagi ketika sedang berinteraksi dalam hal ini berkomunikasi mengungkapkan pendapat serta pengalaman.

Jika mengenai pendapat berbeda itu bagi saya tidak masalah. Tidak penting untuk saya bahas. Asal jangan membully dan bermain fisik. Itu sudah ke ranah HAM dan hukum. Karena sudah memiliki 'label' mahasiswa tentu sudah berpikir panjang dan berpikir intelektual, kan? Jadi tahu mana hal yang pantas untuk dilakukan atau tidak.

Saya sering mengalami hal seperti itu jika bicara dengan teman saya sekelas (masih sama-sama mahasiswa) yang usianya lebih muda. Padahal jika sudah di dalam 'koridor' kampus tentu jika bicara usia itu harus tahu bagaimana mesti untuk menyikapinya.

Lagi-lagi saya yang notabene mahasiswa konversi, dilihat dari segi usia sudah tua pula. Saya sering melihat mereka pada umumnya jika mengungkapkan sesuatu dan pendapat merasa lebih tahu atau sok tahu dan menganggap yang tua ketinggalan zaman. Tidak tahu apa-apa.

Hm, salah besar jika bicara seperti itu. Padahal sudah jelas-jelas dari segi usia. Siapa yang lebih dulu memijakkan kakinya ke bumi?

 Ya, sudah pasti yang lebih tualah! Lebih tahu  warna tanah dan tahu aroma embun pagi. Jangan mengira jika yang tua ketinggalan zaman di era digital dan gadgetsaat ini. Kudetdan gaptek. Itu keliru sekali, kuy!

Hal itulah perlu diubah streotip dan pemahaman macam itu. Jika tidak ya akhirnya dari komunikasi itu tidak akan saling feedback. Komunikasi yang didapat hanya satu arah. Alhasil, komunikasi yang buruk didapat. Miris sekali.

Yang ada hanya mereka (mahasiswa muda) merasa paling sok tahu saat berkomunikasi pada yang usia lebih tua tanpa sadar diri usia mereka. Jika yang tua sudah pasti lebih banyak makan asam-garam. Bahkan pahitnya empedu pun sudah dirasakan. Tentunya yang tua pun tidak mau dianggap 'sebelah mata' dong!  Tidak mau dikatakan tidak mempunyai jiwa muda, norak dan miskin pengetahuan. Serta tidak tahu trend anak muda masa kini daripada masa elu gitu! Hm, itu sangat salah besar.

Saya sendiri begini-begini juga tahu trend anak muda yang sedang booming dan digemari saat ini,  baik bicara dunia fashion, musik, buku maupun film. Tapi melihat  usia saya yang tidak muda lagi. Tidak mungkin kan saya terlalu "show off"! Nanti dibilang nggak tahu umur lagi.

Memang dilema menjadi mahasiswa konversi. Tapi kalau saya pribadi jika saya nyaman so what! Whateverlah! Jika ada orang lain melihatnya tidak senang pada saya. Itu berbalik pada orang tersebut. Mungkin jiwanya sedang 'lagi sakit'. Mungkin saja!

Lalu bagaimana jika bicara bergaul atau pergaulan. Setali tiga uang. Sama saja! Ada satu 'sekat' yang dibatasi. Bahasa prokemnya. "Elo bukan level gue!" atau "Tau apaan sih lo!". Lagi-lagi kalau sudah begitu ya tunggu saja nanti apa yang mereka lakukan. Jika suatu saat nanti mereka (juga) berusia tua pula. Apa yang sudah mereka katakan itu semoga 'tidak termakan' dengan omongannya sendiri kelak. Entah, pada personalty maupun pada anak-cucu mereka. Saya berharap hal itu tidak terjadi.

Seharusnya hal itu bisa dijadikan ibroh untuk mereka jika memang memiliki tirani. Pun dengan saya khususnya. Dengan apa yang saya alami bisa menjadikan ikhtibar jika suatu saat nanti saya berkeluarga dan memiliki anak. Selalu mengajarkan etika sopan santun pada yang lebih tua. Walaupun nantinya sudah menjadi 'orang sukses'. Selalu menghormati dan menghargai yang lebih tua terutama kedua orangtuanya kelak nanti. Itulah pondasi yang dikuatkan dari sekarang dan sesungguhnya.

Inteletelektual itu perlu. Tapi kalau akhlaknya zonk. Sama saja bo'ong! Akan meneruskan generasi manusia-manusia yang kerontang hatinya.[]

13 Muharram 1439 H 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun