Mohon tunggu...
Kak Ian
Kak Ian Mohon Tunggu... -

Paling benci dengan pembully dan juga benci dengan orang-orang yang dengki sama orang yang sukses. Karena mereka adalah penjahat yang nyata!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Tengah Gempuran Game Online, Budaya Membaca Bagaikan Oase di Musim Kemarau

15 September 2017   20:19 Diperbarui: 18 September 2017   10:30 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihat saja, sangat kotras sekali bukan! Dengan apa yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sampai saat ini. Sangat mengelus dada bila mengetahuinya. Ketika berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity, medio Maret 2016 lalu. Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal tentang minat membaca.

Ya, Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Indonesia ada di tengah-tengah negara itu! Diapit oleh dua negara tersebut. Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Ironi, bukan?

Memang menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang minat baca khususnya untuk anak-anak semua harus diawali dari rumah lebih dulu kemudian di sekolah. Di rumah orangtualah yang berperan serta untuk menciptakan kondisi lingkungan agar si anak gemar membaca bukan membiarkan keluyuran main ke rental-rental game online ataupun mendiamkan anak bermain game di gadget tanpa mengenal waktu.

Seharusnya para orangtua hendaknya menyediakan bacaan di rumah, seperti majalah anak-anak, buku KKPK (Kecil-kecil Punya Karya), novel anak, kumpulan cerpen, buku-buku ilmu pengetahuan serta kamus dan lainnya agar bisa mengalihkan anak dari gadget. Lain pula di sekolah yang berperan adalah para guru. Bagaimana caranya supaya bisa mendorong siswa-siswanya itu memiliki minat baca tanpa diperintah.

Memang banyaknya jenis hiburan, permainan (game) baik di rental-rental game online dan gadget serta tayangan TV mengakibatkan mereka mengabaikan membaca. Dan ramainya pengunjung di warnet (rental game online) sampai larut malam bahkan sampai dini hari, tidak dapat dijadikan tolak ukur. Kalau-kalau mereka benar-benar sedang mencari bahan tugas sekolah. Tapi ini sebaliknya mereka asyik bermain dengan games-games yang mereka sukai hingga menjadi kecanduan hingga lupa waktu.

Maka dari itu sebelum saya menjadi pengajar, dulu saya menyebarkan proposal diri ke sekolah-sekolah. Menawarkan diri untuk menjadi guru Jurnalistik tingkat sekolah. Kebetulan sekolah-sekolah, yang di mana saya mengajukan proposal saat itu geliat anak-anak untuk menumbuhkan rasa cinta buku sangatlah minim sekali.

Saya pun akhirnya memberanikan diri untuk bisa mengamalkan ilmu yang saya miliki ini. Ini pun saya lakukan sesuai tuntunan agama saya, dimana saya pernah membacanya dalam sebuah hadis. Bunyinya seperti ini; Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Maka saya pun memutuskan menjadi guru Jurnalistik di tingkat Sekolah Dasar sampai saat ini.

Memang kegiatan ajar mengajar yang saya lakukan ini di luar jam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dan merupakan pula salah satu kegiatan nyata untuk siswa tingkat SD ke depannya nanti. Semua itu saya lakukan agar mereka memiliki dorongan minat membaca khususnya dan pada umumnya belajar menulis agar mereka mengetahui seluk beluk bagaimana menulis cerita yang baik. Begitupun dengan ilmu jurnalistik itu sendiri agar mereka bisa menguasai pula.

Sehingga dengan saya mengajari siswa-siswi tingkat Sekolah Dasar agar saya bisa menggali potensi dan minat serta bakat mereka yang suka membaca dan menulis cerita (cerpen), menulis berita (jurnalistik) baik di mading (majalah dinding) dan di media surat kabar (majalah, koran dan tabloid) nantinya. Apalagi semakin berkembangnya IPTEK dan gadget, di dunia modern ini orang-orang mulai haus akan informasi baik media cetak maupun media online (darling).

Dan tujuan saya mengajari adalah untuk menggali potensi, bakat dan minat mereka, mengetahui seluk beluk dunia membaca dan tulis menulis (literasi), mempelajari lebih dalam mengenai bidang kejurnalistikan, lebih membiasakan budaya membaca dan menulis, serta tempat menampung aspirasi dan inspirasi mereka untuk memajukan mading sekolah mereka.

Bukan hanya itu saja manfaatnya pun ada yakni agar bisa bertambah ilmu mereka mengenai bidang kejurnalistikan dan tulis-menulis, memajukan mading sekolah hingga visi dan misi sekolah itu bisa tercapai. Dalam hal ini memajukan mereka untuk mengikuti lomba-lomba berskala nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun