Mohon tunggu...
Gregorius Sebo Bito
Gregorius Sebo Bito Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Doktor Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Mengajar, Menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tantangan Pengembangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

10 Desember 2024   18:10 Diperbarui: 10 Desember 2024   18:10 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Dalam konteks ekonomi, tantangan muncul ketika kebijakan ekonomi Indonesia beradaptasi dengan standar global yang sering kali bertentangan dengan refleksi filsafat-ideologis Pancasila. Penyesuaian terhadap tekanan ekonomi global sering kali mengabaikan prinsip-prinsip Pancasila yang menekankan kesejahteraan sosial dan keadilan ekonomi. Misalnya, dalam upaya menarik investasi asing, kebijakan yang diambil kadang-kadang lebih mengutamakan keuntungan ekonomi jangka pendek daripada keberlanjutan sosial dan lingkungan. Hal ini menciptakan dilema bagi pemerintah dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan identitas nasional yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.

Lebih jauh lagi, dalam era globalisasi, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga identitas nasional di tengah arus informasi dan budaya asing yang masuk ke Indonesia. Pancasila seharusnya menjadi panduan dalam menghadapi tantangan ini, tetapi sering kali nilai-nilai Pancasila tergerus oleh pengaruh global yang lebih kuat. Oleh karena itu, diperlukan upaya strategis untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan ekonomi dan sosial, sehingga pembangunan ekonomi tidak hanya berorientasi pada angka, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Tantangan Konteks Budaya dan Sejarah

Memahami konteks sejarah dan evolusi Pancasila sangat penting dalam mengatasi tantangan yang dihadapinya. Peran tokoh-tokoh kunci seperti Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara mencerminkan proses sejarah yang kompleks yang melibatkan sintesis berbagai ideologi, termasuk religius, nasionalis, dan sosialis. Proses ini tidak hanya menciptakan Pancasila sebagai ideologi negara, tetapi juga membentuk identitas nasional Indonesia. Namun, pemahaman yang kurang mendalam mengenai konteks sejarah ini dapat menyebabkan penafsiran yang keliru terhadap Pancasila dan nilai-nilainya.

Sebagai contoh, banyak generasi muda yang tidak mengetahui sejarah perjuangan bangsa dalam merumuskan Pancasila, sehingga mereka kehilangan rasa memiliki terhadap nilai-nilai tersebut. Pendidikan sejarah yang tidak memadai dapat mengakibatkan generasi muda tidak memahami pentingnya Pancasila dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda, mengenai sejarah dan evolusi Pancasila agar mereka dapat menghargai dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Pengembangan Pancasila sebagai sistem filsafat di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang meliputi domain hukum, sosio-politik, pendidikan, ekonomi, dan konteks budaya. Setiap tantangan ini memerlukan pemahaman yang mendalam dan pendekatan yang adaptif agar nilai-nilai Pancasila dapat diinternalisasi dan diterapkan secara efektif dalam kehidupan masyarakat. Dengan komitmen untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam semua aspek kehidupan nasional, serta kesediaan untuk beradaptasi dan berkembang dalam menghadapi isu-isu kontemporer, kita dapat memastikan bahwa Pancasila tetap relevan dan berfungsi sebagai landasan moral dan etika bagi bangsa Indonesia. Melalui upaya bersama, Pancasila tidak hanya akan menjadi semboyan, tetapi juga menjadi panduan nyata dalam membangun masyarakat yang adil, makmur, dan beradab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun