Mohon tunggu...
Rian Setiawan
Rian Setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Hapus Prostitusi

28 Oktober 2014   21:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:24 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prostitusi itu profesi tertua didunia. sebagai negara yang mayoritas terbesar muslim didunia. Prostitusi di Indonesia berevolusi pesat. sejak operasi diam-diam hingga terang-terangan. tengok saja Alexis, gedung dan neonboxnya jelas di baca. cuman tidak ada tulisan "Diskon, gadis desa baru".

Salut kepada walikota Surabaya Ibu Tri Rismaharini yang telah menutup lokalisasi terbesar di Asia Tenggara yaitu gang Dolly. Entah benar-benar terhapus atau masih ada yang beroperasi. hingga di tutup gang dolly saya belum pernah menginjakkan kaki disana.

saya mantan penikmat para kupu-kupu malam. mulai dari Panti pijit hingga ke kelas kakap seperti Alexis.

Prostitusi itu jangan di hapus jika tidak mempunyai solusi switch profesi. karena akan menimbulkan banyak pengangguran. maka dari itu saya salut kepada Ibu Risma yang berani mengambil langkah tersebut.

Supply and demand. kenapa tidak di hapuskan dari segi demand. siapa sih penikmatnya ? laki-laki. yaitu kaum saya. prinsip ekonomi jika tidak ada demand maka supply pelan-pelan akan hilang dengan sendirinya.

Sekali lagi saya bilang "saya mantan penikmat". kenapa? karena saya sudah menikah, dan saya menemukan sejumlah pengertian jelas tentang bahaya kerugian yang akan terjadi jika terus-terusan menjadi pelanggan para kupu-kupu malam tersebut. salah satunya keluarga yang saya bangun akan hancur cepat atau lambat.

Laki-laki itu sifatnya tidak akan pernah dewasa. semakin dilarang semakin menjadi. seperti anak kecil yang dilarang "nak, jangan naik pohon yah. ntar jatuh" braaakk! jatuh. karena anak tadi tetap melakukannya walaupun sudah dilarang. kenapa tidak diganti kalimatnya "nak, pegangan yg kuat  ya kalo naik pohon" kalimat positive seperti ini membuat anak tersebut berfikir keras bagaimana saya naik pohon tersebut tanpa terjatuh.

sama halnya lelaki dewasa. semakin banyak larangan dari segala sisi. semakin menjadi. metode bikin kapok itu memang beragam. saya mengalami sebelum saya menikah. memang nikmat berbuat dosa. tapi apa jadinya! duit gaji, bonus, atau margin dari usaha semua ludes sebelum waktunya. berjuta-juta uang keluar hanya untuk menikmati lekukan tubuh wanita yang belum tentu suka dengan saya.

Tidak gampang memang untuk lepas dari kebiasaan hura-hura. sama halnya berhenti merokok. susah tapi bisa. intinya Displin.

Nah, jika 90% lelaki diIndonesia sadar akan bahaya kerugian yang di landa jika terus-terusan menggunakan layanan kupu-kupu malam. si kupu-kupu akan segera punah dengan sendirinya. berevolusi jadi ulat misalnya karena sayapnya sudah tak indah lagi.

sudah banyak contoh yang bertobat dari itu, kenapa kita tidak bisa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun