Malam merayap kian sepi
Nun jauh kunang -- kunang cahaya lampu
Menerpa laut hingga ke tepi
Juga di kaki bukit yang berbatu
Sang empunya lampu tinggalkan pantai
Berarak maju beranjak ke tengah
Dengan perahu berisi jala
Menyusuri teluk, menyisiri selat
Adakah gerombolan ikan yang lewat ?
Rembulan malam masih diperaduannya
Belum datang, mungkin sebentar lagi
Jadi, iInilah saatnya untuk menjala
Di sebuah sudut laut, pekerjaan menjala akan dimulai
Lampu genset di atas perahu dipadamkan, lampu petromaks dinyalakan
Dari atas sampan, seorang mendayung perlahan
Mengitari kerumunan ikan yang sedari tadi berbuih
Ujung jala ia bawa
Dan tak lama berselang, selesai sudah ia melingkari jalanya
Seketika lampu dinyalakan
Mereka sang penjala menarik jala
Jala bergetar, ikan telah terjebak di mata jala
Senyum sumringah merekah
Setelah sebelumnya ketegangan menghantui
Dan
Disini kududuk
Di sebuah sudut malam bersama biduk dan juga jalaku
Untuk menjala malam dengan segala ingatanku
Terbayang tapak hari, jejak hari
Kadang hanya rutinitas yg membosankan
Tak terjaring apa-apa, nihil
Namun, dalam sepinya malam ini
Kutemukan yang kucari
Kudapati yang harus kujala
Adalah sepinya malam dan yang tersisa cuma detak jam dinding
Dari kota tua, Larantuka, 21 Juli 2019
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI