Mohon tunggu...
SEBASTIAN TEGAR TRI PUTRANTO
SEBASTIAN TEGAR TRI PUTRANTO Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

I see myself as a responsible and hardworking person. Whenever I am part of a team, I do my part the best that I can. I am not afraid to admit my mistakes and work to learn from them. Meeting deadlines is important to me, and I dedicate extra time and effort to grasp challenging tasks. I am good at multitasking, which helps me efficiently handle various tasks, especially when they take up a lot of time. I am a practical learner, I tend to focus on learning knowledge that is useful in real life. When I encounter problems, I am solution-oriented, especially when I can do something about it. The most significant part of my life is self-development. I am always eager to learn and grow. This personal journey of growth that I have been on throughout my life means a lot to me, and I am genuinely excited about the opportunities it brings.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Religius Belum Tentu Spiritualis: Perbedaan Beragama dan Berspiritualitas

8 Februari 2024   22:41 Diperbarui: 8 Februari 2024   22:46 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh nyata dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti anak yang baru belajar karate yang cenderung sok berbicara dan memamerkan kemampuannya di depan teman-temannya. Dibandingkan dengan yang sudah memiliki tingkat keahlian tinggi, yang cenderung lebih rendah profilnya. Analogi ini dapat diterapkan dalam berbagai situasi, seperti seseorang yang sebenarnya tajir melintir namun tetap memilih tampil sederhana atau individu yang berkuasa namun memilih bersikap lembut, diplomatis, dan berperikemanusiaan.

Dalam konteks ini, kualitas batin seseorang menjadi penentu utama dalam menilai nilai sejati seseorang. Tidak ada kemungkinan bagi seseorang untuk menyembunyikan kualitas aslinya, karena kualitas sejati tidak dapat dibohongi. Sikap dan perilaku yang mencerminkan kualitas batin seseorang akan menjadi objek penilaian utama, melampaui tampilan fisik atau afiliasi kelompok.

Menghadapi kompleksitas kehidupan modern, penting bagi setiap individu dan masyarakat untuk mencapai harmoni antara beragama dan berspiritualitas. Ritual dan praktik yang religius harus diimbangi dengan perkembangan kualitas batin yang mendalam. Oleh karena itu, pemuka agama memiliki peran sentral dalam membimbing umatnya mencapai keseimbangan ini. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai pemandu dalam praktik keagamaan, melainkan juga sebagai mentor yang mendorong umatnya untuk merenung dan mengembangkan kualitas batin.

Sehingga, perbedaan antara beragama dan berspiritualitas dapat bersatu dalam harmoni yang menyeluruh. Negara ini negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama dan kepercayaan. Maka dari itu, negara ini membutuhkan pemuka agama yang matang, moderat, intelek, dan memiliki kemampuan untuk membimbing umatnya ke arah kematangan spiritual. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang bijak, santun, dan bertanggung jawab, serta menciptakan lingkungan yang memiliki keseimbangan antara praktik religi dan kualitas batin.

Kesimpulannya, perbedaan antara beragama dan berspiritualitas menggarisbawahi bahwa fokus pada aktivitas ritual seringkali menghasilkan keberagamaan yang terbatas pada aspek formalitas, tanpa pengembangan kedewasaan batin. Fenomena ini tidak terbatas pada satu agama saja, melainkan tersebar dalam berbagai keyakinan. Di sisi lain, spiritualitas memiliki perspektif yang lebih mendalam dan menekankan pada pengembangan kualitas batin tanpa perlu validasi atau afiliasi kelompok. Kualitas batin menjadi penentu nilai atau prinsip sejati seseorang daripada sekedar aksesori ritual atau afiliasi kelompok. Mencapai harmoni antara beragama dan berspiritualitas menjadi esensial dalam kehidupan modern, di mana ritual keagamaan harus diimbangi dengan perkembangan kualitas batin yang mendalam. Pemuka agama memegang peran sentral dalam membimbing umatnya menuju keseimbangan tersebut. Itulah mengapa pentingnya untuk bersikap 'selektif' memilih narasumber atau pemuka agama yang matang dan intelek agar menciptakan kematangan spiritual dan lingkungan yang mengedepankan keseimbangan antara aktivitas religius dan kualitas batin.. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah menciptakan masyarakat yang bijak, humanis, dan moderat. 

Tim penulis:

  • Aloysius Mahardhika / XII_IPS_2_04
  • Glennaldo Bucho / XII_IPS_2_16
  • Natasya Samantha / XII_IPS_2_24
  • Sebastianus Tegar / XII_IPS_2_28

SMA Pangudi Luhur II Servasius

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun