Mohon tunggu...
Sebastian Bintan
Sebastian Bintan Mohon Tunggu... -

adalah aktivis muda yang kritis. Lahir di Tanjung Uban-Kabupaten Bintan,Kep.Riau. Saat ini sedang mengenyam Pendidikan S1 di Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta. Aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan kemahasiswaan. Aktif menulis dalam rubrik pariwisata dan di Tabloid Sinar Pelangi dan Penulis Lepas pada Forum Lingkar Pena.\r\n Saat ini Menjabat sebagai Sekretasis Jenderal Forum Melayu Rembug yang ada di Yogyakarta, sedang merintis usaha UTARA SYNDICATE yang bergerak di bidang Handycraft. Pernah menjadi aktivis di IKPMDI, IKPM Kepri Jogja, dan Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia. Temui saya juga di http://sebastian-nomor1.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selayang Pandang tentang Asal-Usul Tanjung Uban

18 Desember 2011   18:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:05 3552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada cacatan sejarah yang pasti, kapan daerah Tanjunguban menjadi pemukiman masyarakat, namun yang jelas Tanjunguban pernah menjadi bahagian wilayah dari Kerajaan Bintan pada akhir abad ke 13 yg berpusat di Teluk Bintan. Pada tahun 1292, Marcopolo dalam pelayarannya pernah singgah di Teluk Bintan dan mendapati daerah ini sudah ramai dengan kegiatan pelayaran.

Pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda-II, Daeng Cellak (1728-1745) telah diusahakan perkebunan gambir di Pulau Bintan (termasuk bahagian darat Tanjung Uban) yang dikerjakan oleh buruh-buruh Cina dan Melayu. Sedangkan bahagian pesisir Tanjunguban yg menghadap Selat Riau adalah daerah rawa-rawa yang pada umumnya dihuni oleh nelayan Melayu. Jadi pada abad ke 18, Tanjunguban sudah ramai dihuni oleh masyarakat Melayu dan Cina.

Tanjuguban menjadi lebih ramai setelah Pemerintah Belanda membangun tempat pengisian dan penyimpanan minyak pada tahun 1930 yang dikelola oleh STANVAC (Standard Vacuum) Pertolium Compeny. Para pekerja Stanvac adalah orang Cina Canton yang didatangkan dari Singapura. Baru pd tahun 1932, Stanvac menerima pegawai anak-anak Melayu dan pendatang dari luar daerah.

Tahun 1934, orang-orang Cina mulai membuka warung-warung kopi dan toko-toko kelontong di Tanjunguban. Disamping itu, didirikan juga Sekolah Cina disekitar Kampung Cenderawasih ( Tahun 1960, sekolah Cina dibubarkan oleh Pemerintah).

Tahun 1941, Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Tanjunguban sebaga pusat KNIL (Koninkelijk Nederlands Indisch Leger) untuk wilayah Residen Riaow. Maka dibangunlah perumahan tentara yang sekarang menjadi Komplek TNI-AL

Tahun 1947, untuk membantu Angkatan Laut Belanda menjaga pantai dan penyelundupan. maka Departemen Van Sheepvaat membentuk Kesatuan Tugas ( SATGAS) yang diberi nama " Zee en Kustbeweking Dienst " ( Dinas Penjagaan Laut dan Pantai ) yang berpangkalan di Tanjunguban. Tahun 1949, Jawatan Pelayaran RI membangun asrama, dermaga, proyek air minum jago yang sekarang menjadi Komplek KPLP/Kesyahbandaran.

Berdasarkan SK.Provinsi Sumatra Tengah No.9/Dper/Ket/50 tanggal 8 Mei 1950 tentang otonomi Tingkat II Kepulauan Riau, dibentuk Kresidenan Tanjungpinang yang membawahi Kecamatan Bintan Selatan, Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Galang dan Kecamatan Batam. Dengan demikian secara pemerintahan, daerah Tanjunguban telah menjadi Kecamatan sejak tahun 1950.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun