Mohon tunggu...
Bastian Gaguk
Bastian Gaguk Mohon Tunggu... -

mencari makna dari setiap peristiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku Haus: Refleksi Hari Air Sedunia

22 Maret 2011   10:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:33 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tanggal 22 Maret merupakah hari yang dikhususkan untuk memperingati Air. Hari ini menurut berita di detiknews, ada aksi bersama dalam rangka peringatan hari air sedunia. Diberitakan bahwa aksi damai dilakukan dengan cara menunjukkan sampel air kotor kepada pengendara kendaraan atau motor yang lewat. Bagi saya, aksi ini mau memberikan informasi bahwa kondisi air kita sudah rusak. Saya juga sangat terkesan, ketika membaca sebuah pesan dari seorang teman saya, isinya demikian: " selamat hari air sedunia, semoga kita menghargai air yang selalu memberikan kehidupan"..

Tentu muncul pertanyaan, mengapa kita harus merayakan hari air? Atau muncul pertanyaan lain, kalau ada hari air, mengapa tidak ada hari batu, kayu, jalan dan lain-lain? Dalam menjawabi pertanyaan ini, saya ingat seorang filsuf klasik yang berasal dari Yunani yang bernama Thales(624-546). Thales mengatakan bahwa yang menjadi prinsip dasar(Arche) dari segala sesuatu adaalah air. Dia mengatakan bahwa air adalah anasir yang menghidupkan dan memuncukan segala sesuatu. Lebih lanjut, Thales mengatakan bahwa air mampu tampil dalam segala bentuk dan bersifat mantap dan tidak dapat di binasakan. Menurut saya, Thales mau mengatakan bahwa air menjadi awal dari segala sesuatu. Kita bisa lihat, tanpa air, orang tidak bisa hidup, ataupun bisa kita sadari bahwa sebagian besar tubuh manusia terdiri air. Air menjadi bagian terpenting dari semua ciptaan, bukan hanya soal kegunaannya tetapi juga bisa membangun sebuah falsafat hidup yang baik.

Aku haus...

Saya mencoba mengambil makna dari peringatan hari air sedunia dengan frase AKU HAUS. Mengapa? Pertama, air menjadi symbol memberi kehidupan. Manusia selalu haus dengan nilai-nilai kehidupan. Ibarat kita haus dan sangat membutuhkan air, kita juga belajar untuk "haus" akan kebajikan hidup dan "haus" melakukan perbuatan-perbuatan baik. Kedua, aku haus menjadi symbol kehausan ilmu. Kita harus selalu merasa haus dengan ilmu dan perkembangannya. Oleh karena itu, kita diharapkan untuk selalu berusaha mengisi ke-haus-an kita akan ilmu dengan belajar dengan tekun. Dan pada akhirnya ilmu pengetahuan itu memberikan kehidupan kepada kita. Ketiga, aku haus menjadi symbol keinginan manusia untuk mendapatkan keamanan. Situasi Indonesia yang akhir-akhir ini, membuat banyak orang merasa tidak nyaman dan selalu was-was. Kita haus akan kenyamanan hidup pada situasi seperti ini. Nilai-nilai di atas menjadi sebuah ke-haus-an kita bersama, kita haus akan kebajikan tetapi bukan haus kekuasaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun