Mohon tunggu...
saean hufron
saean hufron Mohon Tunggu... Wiraswasta - mahasiswa magister Ilmu komunikasi di kampus Muhammadiyah

seorang anak bangsa yang mengejar mimpi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Senjakala Media Konvensional: Sebuah Refleksi

23 November 2024   06:50 Diperbarui: 23 November 2024   06:51 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia, seperti banyak negara lain di dunia, telah menyaksikan transformasi dramatis dalam cara masyarakat mengakses dan mengkonsumsi informasi. Era keemasan media konvensional seperti televisi, radio, dan media cetak, yang pernah mendominasi lanskap informasi selama beberapa dekade, kini menghadapi senjakala. Munculnya media sosial, dengan berbagai platform seperti YouTube, Facebook, Instagram, dan TikTok, telah merevolusi cara kita berinteraksi dengan informasi, menciptakan lanskap media yang dinamis dan penuh disrupsi. Opini ini akan mengeksplorasi era keemasan media konvensional, mengidentifikasi perubahan perilaku masyarakat dalam memperoleh informasi, serta menganalisis dampak transformasi ini terhadap industri periklanan dan pendapatan pemilik akun media sosial.

Televisi, dengan kemampuannya menjangkau audiens secara luas dan menghadirkan pengalaman visual yang kaya, menjadi media dominan di Indonesia sejak kemunculannya pada tahun 1962. Pada tahun 1990-an hingga awal 2000-an, televisi mencapai puncak popularitasnya. Data dari Asosiasi Penyelenggara Televisi Seluruh Indonesia (APTSI) menunjukkan bahwa pada tahun 2000, sekitar 90% rumah tangga di Indonesia memiliki televisi. Dominasi televisi ini tercermin dalam perputaran uang industri televisi yang mencapai sekitar Rp 30 triliun pada tahun 2010, menjadikan televisi sebagai salah satu industri media terbesar di Indonesia.

Radio, dengan kemampuannya menjangkau daerah terpencil dan menembus batas geografis, memegang peranan penting dalam menghubungkan masyarakat Indonesia. Popularitas radio mencapai puncaknya pada tahun 1980-an hingga 2000-an, dengan sekitar 60% masyarakat mendengarkan radio secara rutin pada tahun 2005. Pendapatan iklan radio pada tahun 2015 mencapai Rp 1,5 triliun, menunjukkan kekuatan radio sebagai media yang efektif dalam menjangkau target audiens.

Media cetak, terutama koran, memegang peran penting dalam menyediakan berita dan informasi yang terpercaya. Pada tahun 2000, sirkulasi koran harian mencapai 4 juta eksemplar, menandakan kepercayaan masyarakat terhadap informasi yang disajikan. Pendapatan iklan media cetak diperkirakan sekitar Rp 5 triliun pada tahun 2010, menunjukkan pengaruh kuat media cetak dalam mempengaruhi opini publik dan perilaku konsumen.

Pergeseran ke Media Sosial: Memasuki Era Baru Konsumsi Informasi

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan internet, kebiasaan masyarakat dalam memperoleh informasi mengalami transformasi besar. Munculnya media sosial seperti YouTube, Facebook, Instagram, dan TikTok telah mengubah cara masyarakat mendapatkan informasi. Platform-platform ini menawarkan akses informasi yang mudah, cepat, dan interaktif, mendorong pergeseran pola konsumsi informasi dari media konvensional ke media sosial.

Data terbaru menunjukkan penurunan drastis penggunaan media konvensional dan peningkatan signifikan penggunaan media sosial. Pada tahun 2023, penggunaan televisi telah menurun menjadi sekitar 70% rumah tangga, sementara pendengar radio hanya 30% dari populasi. Sirkulasi koran harian pun menurun drastis menjadi 1,5 juta eksemplar. Sebaliknya, penggunaan media sosial mengalami peningkatan yang luar biasa. Jumlah pengguna aktif di Indonesia menunjukkan tren dominasi platform digital: YouTube: Lebih dari 100 juta pengguna aktif, Instagram: Sekitar 85 juta pengguna aktif, Facebook: Sekitar 140 juta pengguna aktif, TikTok: Lebih dari 50 juta pengguna aktif. Data ini menggambarkan pergeseran signifikan dalam cara masyarakat Indonesia memperoleh informasi, dengan media sosial menjadi sumber informasi utama bagi sebagian besar penduduk.

Perubahan dalam cara masyarakat memperoleh informasi telah berdampak besar pada industri periklanan. Pengiklan kini beralih dari media konvensional ke media sosial untuk menjangkau target audiens yang semakin terfragmentasi. Data menunjukkan bahwa pengeluaran iklan di media sosial meningkat pesat, dengan total pengeluaran iklan di media sosial mencapai Rp 10 triliun pada tahun 2023. Peningkatan ini menunjukkan bahwa pengiklan kini lebih memilih untuk menjangkau audiens melalui platform yang lebih interaktif, dapat diukur, dan menjanjikan hasil yang lebih terfokus.

Dengan meningkatnya penggunaan media sosial, pemilik akun yang memiliki banyak pengikut kini dapat menghasilkan pendapatan yang signifikan. Fenomena ini menciptakan peluang baru bagi individu dan kreator konten untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan pemilik media konvensional. Misalnya, di platform YouTube, seorang kreator dengan 1 juta subscriber dapat menghasilkan antara Rp 10 juta hingga Rp 50 juta per bulan, tergantung pada jumlah tayangan dan interaksi yang diterima. Di Instagram, influencer dengan 100 ribu pengikut dapat menghasilkan antara Rp 5 juta hingga Rp 20 juta per postingan, sementara di TikTok, kreator dengan 1 juta pengikut dapat memperoleh pendapatan antara Rp 10 juta hingga Rp 30 juta per bulan.

Transformasi dari media konvensional ke media sosial adalah fenomena yang tidak dapat dihindari. Masyarakat Indonesia kini lebih memilih untuk mengakses informasi melalui platform digital yang menawarkan kemudahan, kecepatan, dan interaktivitas. Meskipun pergeseran ini membawa tantangan tersendiri, seperti meningkatnya informasi yang tidak terverifikasi dan potensi penyebaran berita palsu, hal ini juga membuka peluang baru bagi individu dan bisnis untuk beradaptasi dengan lanskap media yang terus berubah.

Dalam menghadapi senjakala media konvensional, penting bagi kita untuk memahami dan mengakui perubahan ini. Media sosial bukan hanya sekadar alat untuk berbagi informasi, tetapi juga menjadi kekuatan yang dapat membentuk opini publik dan mempengaruhi perilaku masyarakat. Oleh karena itu, sebagai peneliti media, kita perlu terus memantau dan menganalisis perkembangan ini untuk memahami dampaknya terhadap masyarakat dan industri media di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun