Jujurlah wahai angin malam.
Aku tahu siapa yang membawamu kepada pepohonan yang berpelukan.
Aku tahu mengapa kau mengutuk tugasmu dalam membawa pesan.
"Takdir adalah sesuatu yang sudah salah dari awal!" begitulah kata makhluk binal.
Adalah mereka yang merangkai bunga di musim semi, sementara mereka tahu musim kemarau mulai menabuh genderang.
Mereka yang menggali lubang di tanah, tapi kepada angkasalah mereka menengadah.
Mereka yang mengangguk-anggukkan kepala di hadapan bintang-bintang, lalu menyusun batu dan kisah-kisah malang.
"Berhentilah bertanya!" katamu.
"Semuanya akan adil dalam kabut, tenggelamlah di dalamnya dan mulailah memusnahkan dengan api, bukankah cahaya adalah yang engkau cari selama ini?"
Apakah ini cukup untuk mengobati luka rembulan?
Tidakkah ia bosan mendengarkan erangan rerumputan yang dirajam hujan?
Salah siapa ini?
Haruskah sekali lagi memaklumi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H