Pangeran Sambe Nyawa bernama asli Raden Mas Said, kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Arya Mangkunegaran 1 (7 april 1725-28 desember 1795). Beliau di lahirkan di Keraton Kartosuro pada hari minggu legi tanggal 4 ruwah tahun jumakir 1650 AJ, windu Adi wuku Ari Agung arau 7 april 1725. Ayahnya bernama Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegaran yang dibuang oleh Belanda ke Srilangka (ceylon). Ibunya bernama R.A. Wulan, puteri Pangeran Blitar. P
embuangan Kanjeng Mangkunegara disebabkan oleh fitnah yang dikarang oelh kanjeng Ratu dan Patih Dnurejo, dua orang wali Raja Pakubuwono 2 karena Raja masih berumur 16 tahun. Dalam fitnah ini ia dikatakan telah berzina dengan seorang selir PB 2 yakni Mas Ayu Larasati. Pada mulanya ia dijatuhkan hukuman mati kemudian di ubah menjadi hukuman buangan, R.M Said masih berumur 2 tahun.
        Menjelang umur 14 tahun, Raden Mas Said diangkat menjadi Mantri Gndek Keraton Kartosuro atas kehendak PB 2 dengan nama R.M.Ng.Suryo Kusumo. Untuk jabatan ini ia memperoleh tanah lungguh sebsar 50 jung. Adik-adiknya , Raden Rambia bergelar R.M.Ng.Martokusumo dan R.M.Sabar bergelar R.M.Ng, Wirokusumo  mereka mendapatkan tanah lungguh masing-masing 25 jung. Raden Mas Sabar saudara Pangeran Samber Nyawa yang bergelar Mangku Kusuma/ Wirokusumo/Narakusoro yang merasa tidak betah menetap di Surakarta dan berpandang sama dengan kakaknya menggembara di Ponjong dan menjadi penguasa di Pati, Genjahan sebelum Pontjodirdjo.
        Makam Eyang Wira Kusuma/ Mangku Kusuma ada di atas Gunung tutup, padukuhan Gedaren Desa Sumbergiri Ponjong. Di atas bukit ini, beliau menutup diri dari kejaran pasukan Hindia Belanda kala itu supaya tidak ada orang yang tahu bahwa beliau bersembunyi di bukit tersebut sehingga di sebut Gunung Tutup. Sementara itu Pangeran Samber Nyawa untuk menghadapi tentara Hindia Belanda membentuk pasukan Bregodho Kawandoso joyo yang terdiri dari 40 orang perajurit di Gunung Gambar.
Semua perajurit berkuda dan diberi nama depan "Djojo" misalnya ; Djojo Kusumo, Djojo Nagoro, Djojo Sudirgo dll, yang dipimpin oleh Manggala Yudha Raden Ngabehi Djoyo Wikromo. Beliau merupakan saudara muda dari Demang Jiwo Yudho Demang Gempol/Demang Ngawen. Mereka berdua adalah putra dari Wongso Sapto Yudho atau Eyang Carik yaitu seorang penasihat kerajaan dari Demak yang pertama kali datang membawa ajaran islam ke kademagan Ngawen dan memperistri Putri Ki Keriboyo.
        Mereka berdua mendapat amanah dari Eyang Carik untuk menjadi pengasuh serta pengajar R.M.Said yang pada saat itu disembunyikan di wilayah Gunungkidul. Awalnya R.M.Said di Gunung Payung perbukitan sebelah selatan di daerah Wedi, kemudian karena masih dirasa kurang aman bergeser ke daerah sebelah timur. Tepatnya adalah Dusun Gempol sebuah Dusun di selatan Gunung Gambar. Pada waktu itu yang  menjadi Demang kamitua Demang Jiwo Yudho.Â
Disebut Kademagan Gempol karena disitu kebanyakan penduduk memelihara kuda ( Gempol artinya kotoran kuda) sehingga di setiap dusun sepanjang jalan berbau kotoran juda. R.M.Said yang kala itu masih anak-anak mulailah diasuh dengan Ki Demang Jiwo Yudho, dalam masa itulah diajar berbagai ilmu, baik ilmu lahir dan batin terutama ilmu keprajuritan karena Demang Jiwo Yudho adalah keturunan Prajurit berkuda dari Majapahit.
 Setelah sampai remaja kira-kira 15 tahun pengemblengan ilmu keprajuritan dilanjutkan oleh adik Demang Jiwo Yudho yang bernama Jiwo Wikromo sehingga kelak akan menjelma menjadi pasukan Bregodo Kawan Ndoso Joyo yang tersohor sebagai pasukan yang berkuda Pangeran Samber Nyawa yang selalu di takuti oleh pihak lawan khususnya tentara VOC Belanda.
        Ki Jiwo Wikromo/ Ki Djoyo Wikromo Saudara muda dari Demang Jiwo Yudho Demang Gempol/ Demang Ngawen itulah kemudian diangkat menjadi senopati perang pasukan berkuda Pangeran Samber Nyawa yang terkenal dengan semboyan "Tiji Tibeh" Mukti siji Mukti kabeh Mati siji Mati kabeh. Diantara punggawa pasukan Bregodo Kawan Ndoso Joyo yang tersohor adalah
1. Mas Ngabei Djoyo Wikromo Gunung Wijil, Kampung Ngawen, Gunungkidul, Yogyakarta menggantikan sang kakak Mas Ngabei Jiwo Yudo.
2. Kyai Wirodiwongso / Kyai Tumenggung Kudonowarso di Mantenan, Nglaroh, Selogiri, Wonogiri