Mohon tunggu...
Samuel Ordo Fransiskan
Samuel Ordo Fransiskan Mohon Tunggu... Jurnalis - Samuel

Asal Sekura Kalimantan Barat, Keuskupan Agung Pontianak. Sekarang Profesi sebagai Jurnalis di Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak di Portal berita MajalahDuta.Com, dan PenaKatolik Nasional. Ia juga sudah menerbitkan 6 buku ber-ISBN.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gaya Filsafat Santo Bonaventura

5 Desember 2022   12:42 Diperbarui: 5 Desember 2022   13:13 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengutib Buku Pengantar Filsafat Santo Bonaventura, "Ilmu Filsafat merupakan jalan menuju ilmu-ilmu lainnya: tetapi siapa yang berharap untuk berhenti di sana, akan jatuh ke dalam kegelapan." 

Mungkin asing didengar ada jenis filsafat gaya Santo Bonaventura. Ada yang mengatakan Santo Bonaventura adalah seorang teologan (mereka yang mendalami ilmu tentang Allah dan kitab suci) tetapi tidak sedikit juga yang mengatakan Santo Bonaventura adalah seorang filsuf yang banyak dipengaruhi oleh pengajaran dari Santo Agustinus sang Punjangga Gereja.  

Santo Bonaventura yang bernama asli Giovanni Fidanza adalah seorang uskup, kardinal dan doktor gereja. Ia juga sering disebut sebagai doktor malaikat (Seraphic Doctor) lantaran selama hidupnya ia menunjukkan kehangata dan kasih sayang kepada sesama seperti Api Ilahi. 

Ia bukan hanya seorang pembelajar, melainkan juga mendorong perkembangan studi Ordo-nya yang adalah sebagai pengikut Fransiskan. Dalam perjalanannya memimpin gereja, ia dihadapkan pada tugas sulit, yaitu memulihkan perdamaian di antara para pengikutnya. 

Dalam hidupnya yang bersahaja, Santo Bonaventura menyumbangkan banyak pemikiran besar terabadikan dalam karya tulisnya, seprti Commentaries on the Four Books of Sentences of Peter Lombard, Itinetarium mentis in Deum, De reduction artium ad theologiam, dan Breviloquium. 

Teologinya sepenuhnya berupaya untuk mengintegrasikan iman dan akal. Dalam beberapa pernyataanya tersirat bahwa ia tidak menyukai dan tidak percaya kepada filsafat metafisika Aristoteles, bahkan telah menolak eksemplarisme Plato. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun