Apakah teman-teman suka memberi saran ini itu pada orang lain padahal tidak di minta? Seperti cerita Mariskova ketika saat akan melahirkan yang ia tuliskan dengan judul Sekolah Jadi Ibu. Sebuah harapan agar ia tidak perlu bingung menghadapi sejumlah saran yang seringkali malah bertentangan.
Kata Mertua, aku harus minum rendaman air rumput Fatimah. Kata teman, aku harus banyak minum air madu supaya jalan lahirnya mulus. Kata saudara, madunya harus dicampur telur ayam kampung mentah. Kata Papa, aku harus banyak jalan supaya bayinya bisa turun ke jalan lahir. Kata Mama, lebih baik latihan mengepel di rumah. Kata dokter, aku harus banyak istirahat karena tensi yang rendah. (hal 64)
Ok deh....kebayang...
Working Mom
Cerita dari Nadhira Khalid tentang suka dukanya menjadi ibu yang bekerja di sebuah perusahaan tambang di Pulau Sumbawa dan meninggalkan anaknya di pulau Bali terasa sangat hidup bagi saya. Saya juga pernah tinggal di tempat yang sama dengan Nadhira dan bekerja untuk PT Newmont Nusa Tenggara di Maluk Sumbawa pada tahun 1999. Ehm, jangan-jangan kami memang pernah bertemu. Saat itu saya masih lajang dan lebih banyak berteman dengan para lajang di camp yang sama. Ternyata ada kisah seperti Nadhira yang begitu pilu karena hanya bisa bertemu seminggu sekali dengan buah hatinya.
Ditambah lagi pandangan orang lain yang memandangnya bersalah karena tega-teganya meninggalkan anak dan keluarga di tempat lain. Padahal ada kondisi yang belum memungkinkannya menjadi seperti ibu rumah tangga lain yang bisa pergi kumpul-kumpul arisan, berderet manis di depan ATM setiap hari gajian suami, atau sekedar menghadiri acara-acara anaknya di sekolah.
"Aku bahkan tak pernah bisa ikut rapat wali murid di sekolah anakku." (hal 40)
Ada rasa unik memikirkan bahwa sebenarnya kondisi saya saat ini, yang disebut Nadhira sebagai ‘ibu rumah tangga lain’ bisa menjadi impian bagi sebagian perempuan. Sekedar ibu rumah tangga biasa, yang menikmati hobinya menulis, bermain dengan anak-anaknya, tidur kalau capek, santai nonton film sambil mendaki gunung setrikaan, gigit jari kalau ingin beli sesuatu tapi dompet kosong. Hidup ini memang hanyalah masalah sudut pandang...
Menjadi working mom itu memang berat. Apalagi ketika terpaksa harus meninggalkan anak keluar kota dengan seorang pembantu yang baru bekerja satu minggu. Kita bisa baca tulisan Sari Meutia tentang ketakutan anak semata wayangnya diculik saat harus bertugas ke Jakarta.
Single parent
Apakah teman-teman ada yang single parent? Ada kisah menarik dari Susan S.Mada yang harus keluar dari rumah suaminya dan berpisah dengan 2 buah hatinya. Ketika pandangan sosial menyudutkannya sebagai pihak yang bersalah, ia hanya bisa bersimpuh dalam tahajud menahan kerinduan terhadap anak-anaknya. Ternyata di tempat lain, anaknya menelepon dan menyatakan baru selesai salat tahajud karena merindukan ibunya juga. Rindu kami bertemu di Tahajud menjadi judul cerita itu. Waktunya ambil tissue.
Bagi para single parent, janganlah kalian berputus harapan. Ummy Isyka yang memiliki 2 anak dan merasa bukan perempuan muda yang menarik bercerita tentang guru TPA anaknya yang mencuri perhatian. Sadar diri bahwa itu terlalu sulit untuk diraih, ia hanya mampu memanjatkan doa.
“Ya Allah, Engkau pasti tahu segala sesuatu yang ada di dalam hatiku. Engkau pasti tahu betapa aku tertarik dengan laki-laki ini...