Mohon tunggu...
Himatul Awaliyah Putri
Himatul Awaliyah Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik, Universitas Diponegoro.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Kita Sudah Menjaga Lingkungan Sesuai Anjuran Islam?

2 Januari 2022   10:28 Diperbarui: 2 Januari 2022   10:33 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, berita mengenai isu lingkungan semakin ramai memenuhi media sosial kita. Pernahkah kalian membaca salah satunya? Atau paling tidak menyadari adanya pergantian musim yang tidak lagi sama dengan tahun-tahun sebelumnya?

Seharusnya ini sudah tidak asing lagi, sering terjadi gempa, bencana banjir di musim kemarau, kebakaran hutan setelah terjadinya gelombang panas, atau meningkatnya suhu bumi yang menyebabkan mencairnya es di kutub utara. Bahkan yang paling dekat dengan kita, BMKG memprediksi tutupan es di Puncak Jaya Wijaya, Papua, akan sepenuhnya hilang di 2025. Salju yang katanya abadi itu ternyata tidak lama akan lenyap juga. Es yang mencair lebih cepat akan berdampak pada kenaikan muka air sehingga banyak daratan termasuk rumah penduduk yang terendam.

Tentu, kita juga turut merasakan dimana udara yang kita hirup sudah tidak lembab lagi, lebih panas dari biasanya. Perjalanan juga terasa menyiksa karena udara tidak bersahabat. Hal ini menjadi bukti bahwa lingkungan sudah tidak baik-baik saja. Perubahan iklim sangat nyata dan sudah sampai di titik yang kritis.

Bencana yang datang silih berganti ini disebabkan karena dua hal. Pertama, bencana yang disebabkan oleh alam itu sendiri yang memang sunnah Allah atau sudah seharusnya terjadi sesuai ketentuan alam. Kedua, bencana yang disebabkan oleh manusia. Al-qur'an pun telah menjelaskan bahwa kerusakan yang terjadi ini karena ulah tangan manusia. Manusia adalah aktor eksploitasi yang tidak tahu malu. Mengambil sajian alam secara berlebihan dan meninggalkan tanggung jawab untuk memulihkannya. 

Betapa banyak nyawa yang direnggut akibat keserakahan manusia. Tanaman hijau yang anggun dipenggal tanpa ampun. Hewan-hewan yang tidak berdosa pun dibuat kehilangan habitatnya, dan penghuni laut yang akhirnya tergeletak tidak berdaya karena teracuni sampah manusia.

Al-qur'an menyebutkan bahwa diciptakannya manusia adalah sebagai khalifah di bumi. Tugas khalifah adalah menjadi wakil Allah untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Allah telah menyediakan semua yang ada di bumi untuk kesejahteraan manusia, maka sudah seharusnya manusia merawat dan melestarikannya sebagai bentuk syukur sekaligus pengejawantahan peran kekhalifahan. Namun, seringkali manusia melupakan tugasnya dan lebih fokus pada mengelola kekayaan alam yang dianugerahkan Allah kepada kita semua. 

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik". (QS. Al-A'raf: 56)

Ayat ini menunjukkan bahwa apa yang diberikan Allah kepada manusia, sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah, yang berarti harus dijaga. Atas dasar kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini dengan kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan sebagai konsekuensi nikmat yang diberikan Allah.

Islam telah mengatur di dalam Alquran bahwa kondisi alam yang seimbang dan dinamis tidak mungkin terjadi kerusakan, karena Allah memberikannya kepada manusia dalam kondisi baik. Dengan ini, jelas bahwa Islam mengatur tentang lingkungan dan manusia yang mempunyai relasi yang kuat dalam perubahanya. 

Dalam islam juga terdapat istilah Al-istishlah, yang mana menganjurkan menjaga kemaslahatan ummat, salah satunya yaitu dalam pertimbangan pemeliharaan lingkungan. Visi yang diberikan Islam terhadap lingkungan termasuk usaha memperbaiki (ishlah) terhadap kehidupan manusia. Kepentingan tersebut bukan hanya untuk hari ini saja, tetapi juga untuk kepentingan masa yang akan datang. Kepentingan tersebut juga bukan hanya untuk diri sendiri saja, tetapi juga untuk manusia dan makhluk hidup lainnya. 

Al-istishlah adalah memberikan perawatan terhadap lingkungan, manusia dan mencakup pula kemaslahatan spesies-spesies yang ada di bumi. Allah menetapkan berbagai spesies hewan dan tumbuhan untuk dirawat dan diambil manfaatnya, bukan untuk dirusak. Arti umum Al-istishlah dapat bermakna pemanfaatan secara berkelanjutan, mencukupi kebutuhan generasi hari ke hari dari generasi sekarang sampai generasi yang akan datang. Dalam pemahaman lain bahwa manusia harus pandai memanfaatkan SDA (sumber daya alam) secara optimal tetapi tidak berlebih-lebihan dan melampaui batas. Berlebih-lebihan dalam menguras SDA (sumber daya alam) merupakan penyebab utama terjadinya bencana, sebagaimana yang telah diperingatkan Allah:

() ()

"Dan janganlah menuruti perintah orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan". (QS. al-Syu'ara: 151-152).

Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai Umat agar menjadi Khalifah yang mengimplementasikan Al-istishlah?

  1. Memperbanyak ruang hijau (menanam pohon)

  2. Transisi energi fosil ke energi terbarukan (angin, air, sinar matahari)

  3. Hemat listrik dan air

  4. Tidak membuang sampah di sungai

  5. Tidak membakar sampah

  6. Mengurangi penggunaan sampah plastik

  7. Mengurangi penggunaan fast fashion

  8. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi 

  9. Mengutamakan pembelian produk lokal

  10. Ikut serta dalam kegiatan menjaga lingkungan dan mensuarakannya

"Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (dilakukan) meskipun sedikit". -Nabi Muhammad SAW (HR. Muslim)

Dengan demikian, mari kita saling mempertanyakan kepada diri sendiri, sudahkah kita menjaga lingkungan sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh islam? Sholat kita boleh jadi sudah 5 waktu, tetapi kewajiban kita sebagai khalifah tidak terbatas itu saja. Dalam artian, kita bisa merasa lunas perkara Habluminallah, padahal konsep islam juga mengenalkan Habluminannas, dimana kita harus menjaga hubungan baik dengan manusia, yakni turut menjaga sesama saudara melelui memberikan yang terbaik kepada bumi, tempat manusia hidup dan melaksanakan perintah Allah.

Referensi:

Fitriani & Safrilsyah. Agama dan Kesadaran Menjaga Lingkungan Hidup. Substantia, Volume 16, Nomor 1, April 2014.

Qomarullah, Muhammad. Lingkungan Dalam Kajian Al-Qur'an: Krisis Lingkungan dan Penanggulangannya Perspektif Al-Qur'an. Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur'an dan Hadis, Vol. 15, No. 1, Januari 2014.

https://www.instagram.com/greenpeaceid/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun