Mohon tunggu...
Ringga Arif Widi Harto
Ringga Arif Widi Harto Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Jurusan Sosiologi FISIPOL UGM. Biar orang laen yang menilai. Silakan mampir ke blog pribadi saya: http://kuasa-pena.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadikan Pasar Tradisional sebagai Ruang Publik yang Nyaman di Tengah Pembangunan Bernalar Ekonomi

30 September 2015   22:59 Diperbarui: 30 September 2015   23:41 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Beringharjo yang merupakan pasar terbesar di DIY menjadi tujuan belanja bagi para wisatawan yang berlibur di Yogyakarta. Pasar ini berada di jalur sumbu imajiner Yogyakarta yakni: Pantai Selatan-Panggung Krapyak-Keraton-Tugu-Gunung Merapi. Banyak produk yang dijual di pasar ini dengan harga terjangkau. Bangunan pasar yang luas dan bertingkat mampu menampung banyak pedagang. Simbah-simbah yang sudah sepuh masih terlihat bersemangat berjualan di pasar. Di luar pasar, becak dan andong berjajar menanti penumpang yang menggunakan jasanya, sungguh nuansa yang membuat selalu rindu dengan kota ini. Di Yogya bagian selatan terdapat Pasar Karangkajen, orang biasa menyebutnya pasar Telo. Ya, karena pasar ini menjadi “pusat” ketela, bangunan pasar telah dilakukan revitalisasi sehingga lebih nyaman, tersedia pula halaman depan yang cukup luas untuk parkir kendaraan. Di bagian depan dibangun patung telo yang cukup besar untuk menandakan bahwa pasar ini sebagai sentra ketela di Yogyakarta. Di sisi selatan kota pula, tepatnya di Jalan Bantul ada pasar satwa dan tanaman. Para pedagang ini sebelumnya berjualan di Pasar Ngasem, setelah dilakukan revitalisasi mereka berpindah ke tempat baru tersebut. Areal pasar ini cukup luas, antara satwa dan tanaman dipisahkan oleh Jalan Bantul.

Menghidupkan Pasar, Menggembirakan Rakyat

Ruang publik di pasar tradisional bisa menjadi ajang melepas penat dan melakukan penguatan budaya. Konsep pembangunan dan penataan ruang publik di pasar yang mengedepankan karakteristik seperti diatas, seperti halnya taman-taman kota di Bandung bisa menjadi wahana baru yang lebih “ngeregengaken” masyarakat. Biasanya pertunjukan kesenian dapat dijumpai di kawasan Titik Nol Kilometer, Benteng Vredeburg, Alun-Alun, Candi Prambanan maupun di desa/ kampung wisata. Untuk lebih menghidupkan ekonomi pasar tradisional, maka diperlukan sentuhan agenda-agenda yang dikemas secara menarik dengan menggunakan ruang publik. Berbagai pameran bisa digelar, maupun pertunjukan baik itu tari, teater, musik, dan seni tradisi. Bahkan seminar dan diskusi publik bisa dilakukan dengan cara santai namun tetap serius untuk mencari solusi persoalan kota. Pembangunan infrastruktur fisik dengan didahului  kajian lintas sektoral dan disiplin ilmu yang melibatkan para pakar, akan membuat ruang publik semakin representatif. Hal ini juga bisa memberdayakan para pelaku kesenian dan pelaku ekonomi UMKM dan menjadi sarana bagi masyarakat untuk memperkuat ketahanan budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun