Mohon tunggu...
Scoundrell Scooter
Scoundrell Scooter Mohon Tunggu... wirausaha -

jauhkan korupsi diantara kita

Selanjutnya

Tutup

Politik

Industri Perang Merugikan Rakyat Sipil

12 Maret 2018   01:50 Diperbarui: 12 Maret 2018   02:05 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk yang ketiga  yang di untungkan dari peperangan itu adalah penanam modal. Pasca peperangan sebuah daerah membutuhkan pemulihan dan untuk memulihkan sebuah daerah membutuhkan uang yang tidak sedikit. Nah, dalam hal ini yang di untungkan adalah si penanam modal. Tidak segan-segan si penanam modal memberikan saham tryliunan dan dengan bunga yang sangat tinggi. Inilah hasil dari s ebuah peperangan, hasilnya adalah  sebuah kerugian.

Perang Merugikan Rakyat

Analisis di atas berdasarkan dari berbagai sumber. bahwa perang itu adalah sebuah kerugian. Dan kerugian itu bukan datang dari sebuah kelompok tertentu tetapi kerugian itu datang dari rakyat. Karena rakyat selalu menjadi korban dan keuntungan justru datang dari si penjual senjata, si penjual obat-obatan dan si penanam modal.

Begitu banyak kerugian-kerugian yang di akibatkan dari peperangan selain kerugian harta dan nyawa tetapi juga banyak kerugian-kerugian yang lain, seperti : krisis mental, krisis ketidak percayaan, krisis keamanan, krisis kenyamanan dan krisis kedamaian.

Keuntungan Dari Perang

Di era sekarang perang ini seperti industri, siapa saja yang di untungkan ? yang di untungkan itu si penjual senjata, si penjual obat-obatan dan si penanam modal. Inilah sebuah industri perang, mereka meraup keuntungan dari sebuah perpecahan dan mudah-mudahan industri perang ini akan berakhir dan tidak terjadi lagi.

Pada dasarnya setiap manusia tidak menginginkan sebuah peperangan. Tetapi alangkah indahnya jika dunia ini tanpa senjata. Mungkin tanpa senjata industri perang ini akan berakhir. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun