Mohon tunggu...
Zack De La Rocha
Zack De La Rocha Mohon Tunggu... -

karyawan kantoran,suka makan (asal jangan jeroan + sea food), doyan film (asal jangan sinetron), suka musik (asal jangan dangdut&semacamnya), tampang pas2xan tp tetep optimis,plin-plan tp keras kepala,ga punya keluarga,gak punya sodara, gak punya banyak teman gak punya banyak rambut, gak punya apa-apa(sementara),daaan "amatiran" that's it 1st folks

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dia Kan Udah Gak Perawan

5 Desember 2011   07:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:49 3093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau itu meng-atas namakan "adat/budaya timur", apakah keunggulannya berkenaan dengan pertanyaan sebelumnya (jaminan perawan lebih baik/suci dsb-nya?).

Kok kesan yang saya tangkap sebuah pernikahan itu kayak kita mau beli Smartphone harga 5 juta keatas, tapi ternyata bukan barang segel atau barang baru, alias second atau rekondisi. Apa iya cowok anggap seorang cewek yang dia mau nikahi seperti itu?

"Yaa..mang lo mao dapet barang bekas" cela seorang teman kolot (padahal dia S2 dari Singapore).

Saya bales lage " Yaa emang bini lo tau kalo lo juga udah "botol bekas" sebelum married kemaren itu??....semua ketawa sinis karena kita sama-sama tahu kapan keperjakaan kita "menghilang" dari dunia ini. Tapi ssssttt...tolong rekan-rekan kompasiana jangan blow up ini ke media massa ya (jiaaahhh...*gubrak*)

Dari kita berlima cowok saja pandangan sudah beda-beda, ada yang bilang itu penting, ada yang bilang tidak penting, ada yang kasih jawaban ngawur karena udah negak satu pitcher HEINEKEN sendirian, ada yang bilang "kalo dapet (yg perawan) syukur, kalo enggak juga gak papa".

Buat saya, yang jadi tema bukan perawan atau tidak lagi, tapi justru faktor penyebab kehilangan keperawanannya itu kenapa? Disengaja atau tidak? Berhubung saya bukan orang "suci", saya tidak masalah dapat jodoh tidak perawan kalau memang dia sudah cerai atau karena mungkin profesi (ballerina, mungkin atlet motor cross atau balap sepeda).

Tapi buat saya , yang jadi permasalahan kalau dia (si doi) hilang keperawanan saat dia masih pacaran/tunangan sama saya, tapi "hilang"nya sama cowok laen?? What the....itu "enggak banget" dech..sorry...terserah Anda mau bilang saya egois, kampungan, kolot , terserah...yang satu-satunya saya gak bisa terima seperti itu.

Saya tidak mau nyindir wanita dengan pekerjaan tertentu berkaitan dengan tema ini (entah PSK/Pelacur/Hooker/Bisyar dll semacamnya), tapi justru yang harus kita "najiskan" bukan perawan tidaknya, melainkan apakah dia melacur atau tidaknya dengan orang lain. Mau itu karena alasan duit atau senang-senang saja atau bahkan demi karir. Itu yang harusnya kita jadikan "TEMA NAJIS". Bukan hanya asal ngomong "dia gak perawan lagi".

Tapi bagaimana kalau cewek yang masih "gadis" tapi sudah dapat laki-laki yang tidak perjaka??Apa tanggapan sejujurnya ya kalau ternyata itu (status) dijadikan syarat utama untuk menikah, tapi ternyata setelah menikah itu cowok ketahuan sudah tidak "segel doos" lagi?? Mau complaint kemana wanita itu setelah menemukan kebenaran bahwa cowoknya tidak perjaka lagi?

Oh ya btw, saat ngerumpi malem itu, ada teman juga yang cerita kalau "keperawanan" itu bisa dibeli.  Maksud saya begini, jika ada seorang perempuan yang sudah tidak perawan lagi, ternyata kalau dapat jodoh dan jodohnya itu minta perawan atau supaya gak "ketahuan belangnya itu", maka perempuan yang tadinya gak perawan lagi, bisa ke dokter (atau rumah sakit atau klinik ) bisa dioperasi/dijahit menjadi perawan lagi.

"WOW..bisa "sempit" lagi doonk" kata temen yang lainnya. Nah loh...bukan cuma Smartphone saja yang bisa semakin smart, bukan Computer atau Mobil saja yang bisa dimodifikasi, tapi Miss-V pun bisa di"tambal sulam"/disulap jadi "segel doos" lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun