Mohon tunggu...
Sintya Chalifia Azizah
Sintya Chalifia Azizah Mohon Tunggu... Freelancer - A human being

Menulis merupakan langkah untuk merendahkan hati agar tidak bengis, menyisakan kebenaran entah dengan menangis atau meringis, dan secercah wujud kepedulian yang empiris.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Revolusi 4.0: Digitalisasi Kebaikan Melalui Berbagai Platform Donasi dan Galang Dana

14 November 2019   12:15 Diperbarui: 14 November 2019   12:21 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.businessnewsdaily.com

Perkembangan teknologi membawa masyarakat saat ini berada pada posisi dimana hampir seluruh aspek dalam kehidupan sangat erat kaitannya dengan penggunaan teknologi itu sendiri. Perubahan yang signifikan dapat dilihat melalui keberadaan internet sebagai wujud nyata perkembangan teknologi tersebut. Internet seolah menjadi kunci hingga dunia saat ini berada pada posisi dimana setiap orang dapat berinteraksi, berkomunikasi, serta mengakses berbagai informasi yang diinginkan dengan satu sentuhan melalui gadget semata.

Hal ini tentu didukung dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh internet itu sendiri. Pertama, internet beroperasi tanpa henti sehingga memberikan efisiensi bagi penggunanya. Kedua, internet mampu menyediakan informasi yang tidak berbayar sehingga memudahkan penggunanya. Ketiga, internet memberikan informasi dengan cepat dan instan. Ketika mengetikkan kata kunci pada mesin pencari Google, pengguna internet mampu menerima miliaran hasil dengan kecepatan kurang dari sepersepuluh detik.

Internet membius berbagai kalangan untuk menerima kecanggihannya. Di Indonesia, berdasarkan survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa jumlah pengguna internet mencapai 171 juta jiwa dari 264 juta keseluruhan penduduk yang ada. Selain itu dari data yang dipaparkan dalam Social Media Week (2016) menyatakan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu dengan smartphone-nya selama 5,5 jam sehari, membuka 46 aplikasi dan alamat website, dan cenderung untuk membiarkan login secara terus-menerus pada aplikasi tertentu.

Peduly, sebagai pendatang baru situs crowdfunding di Indonesia
Peduly, sebagai pendatang baru situs crowdfunding di Indonesia

Tidak mengherankan kemudian apabila internet dan angka penetrasinya yang cukup tinggi memicu terjadinya digitalisasi di berbagai sektor, termasuk sosial. Saat ini, kebaikan yang biasanya dikaitkan dengan 'berbagi bersama orang lain' bertransformasi menjadi nuansa yang baru dengan kemunculan berbagai website dan aplikasi untuk menyalurkan donasi dan galang dana. Pada awal perkembangannya, beberapa komunitas yang bergerak di bidang kemanusiaan mencoba memanfaatkan media sosial yang ada untuk menyebarluaskan informasi mengenai donasi yang bisa dilakukan. Informasi ini akan berkembang lebih cepat apabila terdapat peristiwa atau isu tertentu yang hangat seperti terjadinya bencana alam di suatu wilayah. Namun, beberapa tahun terakhir muncul portal yang menjadi wadah dan mempertemukan antara orang-orang yang ingin membantu (pembuat campaign dan para donatur) dengan orang yang perlu dibantu. Sebut saja di antaranya KitaBisa.com (2013), WeCare.id (2015), PeduliSehat.id  (2018), hingga Peduly.com (2019).

Kemunculan berbagai platform ini juga memicu tren baru di masyarakat, yaitu kegemaran untuk 'berdonasi'. Berdasarkan laporan yang dihimpun KitaBisa.com dalam Indonesia Online Giving Report 2018, tercatat bahwa sejak situs crowdfunding tersebut berdiri sebanyak Rp 490 miliar dana berhasil dikumpulkan dari 17 ribu kampanye penggalangan dana secara online yang dilakukan. Lonjakan secara tajam terjadi pada periode tahun 2017 ke 2018 hingga mencapai Rp 257 miliar. Kabar ini pada satu sisi menjadi angin segar bahwa masih banyak orang-orang rendah hati di tanah air yang mau membantu satu sama lain dan mengurangi permasalahan sosial serta kemanusiaan yang menumpuk di masyarakat.

Namun, pesatnya kegiatan donasi dan galang dana online ini nyatanya tidak luput dari risiko penyalahgunaan. Kasus yang sering dijumpai di antaranya ada beberapa oknum yang memanfaatkan simpati yang dimiliki setiap orang untuk melakukan kampanye galang dana dengan tujuan yang tidak jelas urgensinya. Beberapa bahkan mencoba mempermainkan emosi warganet melalui kisah yang dibangun lalu berujung pada pencantuman rekening yang tidak bisa dipertanggungjawabkan valid atau tidaknya. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi berbagai pihak. Netizen, tentu menjadi sosok penentu yang harus teredukasi dengan baik dalam melakukan kegiatan amal melalui internet. Niat dan ketulisan hati untuk berbuat baik tentu harus didukung dengan iklim yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun