kepada luka : luka serupa bah, meniadakan bangunan dengan didinding namamu, padahal payah aku melukisnya disitu, dengan tetes darah, rintik tawa yang tak hingga.
''Baiklah, mungkin kita bukan jodoh, Aku lelah. perjuanganku sia-sia, Aku pergi". kataku dengan emosi. Tio bungkam, tetap mematung ketika Zu berlari. Seumur hidup dua kali Ia merasa hidupnya hampa, saat ibunya pergi karena bercerai, dan saat ini. butuh keberanian sebesar gunung untuk menceritakan semuanya. Ia sangat mencintai Zu, dan menjunjung tinggi arti kejujuran. tetap saja dosa dan rasa malunya melebihi apapun.
Suara derum mobil disusul langkah kaki ke kamar kosnya menyadarkanku, oh, Aku tertidur. hari telah subuh. Santi teman satu kamarku masuk dengan raut sedih.
''Apa sudah kau pikirkan dengan matang?'', lebih dari lima kali Ia memastikan keputusanku pergi.
"Aku tak punya pilihan San, ini yang terbaik untuk semuanya, Aku sangat mencintainya lebih dari apapun, jika aku disini, Aku takkan sanggup bertahan", mataku mengembang. Santi memelukku tanpa kata-kata. Keputusanku sudah bulat, Aku harus pergi untuk melupakan luka.
waktu begitu geming, lebih memilih kelok dan jurang untuk merubahnya menjadi beberapa kematian
''Tidak ada yang bisa lari dari cintaku barang setapakpun'', Tiba-tiba Tio telah berdiri di ambang pintu, Aku gemetar. Dia tetap begitu tampan dan melakonlis. Sedetik Aku takjub akan pemandangan ini. Detik berikutnya urat-urat sadarku kembali ke posisinya.
"Mau apa Kau kesini?", suaraku tiba-tiba ketus, teringat wajah gadis yang entah lupa namanya tapi mematikan masa depanku.
''psstt..dengar dan lihatlah'', Tio berjalan ke arah DVD di depanku, menyalakan lalu sambil memasukkan flashdisk ke port yang ada. Ia melakukannya dengan ekspresi seperti seorang penjudi menang taruhan. Seperti terhipnotis Kami, terutama Aku bengong melihat layar LCD di depanku. Disitu ada adegan empat pemuda termasuk Tio dan satu orang gadis sedang mabuk, lalu adegan berikutnya diforward ke saat mereka melakukan aib, Oh, tunggu hanya seorang. yang ketiga kemana?. kembali Tio memforward adegan dimana Ia di gebuki dua orang temannya.
''Cukup'', Tio mematikan DVD, ''ini bukti CCTV di hotel saat itu, mulanya Aku dipaksa minum-minum, tanpa sadar dijebak seolah Akulah yang menghamili Febi, setelah dibius Aku ditelanjangi disebelah Febi, bukti ini Ku dapati dari Febi yang sadar dan rela mengakui semuanya demi ketulusan cinta kita". Ia rela aibnya terbuka demi kita dan membalas setimpal kepada pelaku yang sesungguhnya''. Sampai disini Aku tak pedulikan lagi ucapan Tio yang terus menjelaskan. Aku terus menghambur ke peluknya dengan tangis yang berbeda dari empat jam tadi.
seperti kerakap pada batu, kupeluk tubuhmu. jiwaku mekar, tanganku melingkar, enggan tersadar