Mohon tunggu...
Samsul Bahri Sembiring
Samsul Bahri Sembiring Mohon Tunggu... Buruh - apa adanya

Dari Perbulan-Karo, besar di Medan, tinggal di Pekanbaru. Ayah dua putri| IPB | twitter @SBSembiring | WA 081361585019 | sbkembaren@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Anambas, Nirwana di Laut Cina Selatan

7 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 10 Agustus 2019   12:10 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pantai Desa Pal Matak (Dokumen Pribadi)
Pantai Desa Pal Matak (Dokumen Pribadi)

Sebenarnya saya mengunjungi kepulauan ini bukan pertama kalinya, tapi sepuluh tahun lewat di 2009. Selama sepuluh tahun, perubahan daerah ini sangat menyolok. Tetapi saya tidak membahas tentang perubahan ini, melainkan tentang keindahannya yang tidak berubah, masih murni.

Pantai Desa Lingai (Dokumen Pribadi)
Pantai Desa Lingai (Dokumen Pribadi)

Kepulauan Anambas bercirikan pulau-pulau kecil tropis. Ratusan pulau-pulau kecil tidak dihuni karena tidak  mendukung pemukiman penduduk secara permanen, faktor pembatasnya ketersediaan air tawar, lahan pertanian sumber pangan, dan terpencil.

Tapi justru keterisolasiannya inilah  yang membuatnya eksotis. Laut biru, pasir putih,  keindahan bawah laut, dan kesunyian pulau tropis merupakan daya tarik Anambas. Bagi wisatawan yang ingin merasakan sensasi pengelana menemukan pulau perawan, Anambas tempatnya.

Sepuluh tahun lalu, sangat jarang kita menemui kapal pesiar asing di Kepulauan Anambas. Sejak daerah ini dicadangkan sebagai kawasan konservasi  perairan nasional peruntukan taman wisata perairan oleh Pemerintah tahun 2009,  kepulauan ini mulai dikunjungi kapal pesiar asing. Sekarang,  sangat mudah dijumpai kapal pesiar dari berbagai negara mengunjungi kepulauan ini.

Ada satu pulau, disebut Pulau Bawah, dikelola perusahan modal asing,  PT. Pulau Bawah, secara eksklusiv. Tarif kamar permalamnya 25 juta rupiah. Tamu diantar dari Batam langsung ke resort dengan pesawat amphibi, mendarat tepat di depan resort.

Wisatawan nusantara masih jarang yang berkunjung ke Anambas. Salah satu faktor penyebabnya karena mahalnya biaya transportasi. Hotel berbintang juga belum ada di ibu kota kabupaten, hanya penginapan kelas Melati. Orang Indonesia lebih memilih wisata ke Bali, Singapura, Malaysia atau Thailand. Selain lebih murah, juga lebih bergengsi. Tapi wisatawan manca negara malah menyukai Anambas karena eksotis kemurnian alamnya.

Pemandangan desa di Anambas (Dokumen Pribadi)
Pemandangan desa di Anambas (Dokumen Pribadi)

Masyarakat Anambas majemuk, baik agama maupun budaya. Umumnya memeluk agama Islam, tapi ada beberapa desa mayoritas penganut Kristen. Budaya dan Bahasa Melayu mirip Melayu Malaysia menjadi ciri utama. Etnis Tionghoa sudah bergenerasi di Anambas, sebelum suku-suku lain ramai masuk seperti Jawa, Melayu Riau daratan,  Batak, dan lainnya.

Mata pencarian utama penduduk dari berkebun cengkeh dan nelayan. Namun sesungguhnya perekonomian Anambas ditopang kontribusi belanja Pemerintah Daerah, terutama dari bagi hasil minyak yang diexploitasi di Anambas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun