Partai-partai koalisi ini, kecuali sebagian tokoh PDIP, menyukai koalisi kurus, yang akan lincah memainkan  posisi tawarnya yang lebih kuat dalam perjalanan pemerintahan, karena sewaktu-waktu ditengah jalan akan "mengancam" keluar dari koalisi dan bergabung dengan oposisi dalam menyikapi issu-issu penting, misalnya hak angket ataupun hak menyatakan pendapat di parlemen. Ini juga salah satu alasan mengapa pribadi Jokowi lebih menyukai koalisi gemuk, tidak akan ada yang berani keluar di tengah perjalanan.
Kemanapun Prabowo melangkah akan merubah konfigurasi kekuatan politik secara serentak pada dua sisi, Koalisi Pemerintahan maupun Oposisi. Langkah Prabowo menjadi aktualisasi sekaligus simbolisasi politik identitas versus politik oportunistik.
Kekuasaan 'cenderung' untuk korupsi, dan kekuasaan yang absolut korupsinya absolut pula, harus ada kekuatan melawan 'kecenderungan' Â korupsi yaitu oposisi.Â
Sangat terhormat bila Prabowo pada momen ini  --mungkin takkan terulang- mengambil peran sebagai oposisi. Mencoba memperbaiki kehidupan demokrasi kita untuk dikembalikan kepada hakekatnya.
Oposisi itu sama terhormatnya dengan Pemerintah. Politik oportunis akan selalu berupaya mengambil keuntungan dengan mempermainkan kesadaran politik rakyat yang masih lemah, harus dilawan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H