Pada Pilpres 2024, Jokowi kehabisan kuota waktu untuk tampil meencalonkan Presiden. Jokowi punya keunggulan dan kelebihan, terbukti sukses dua periode di Istana Negara. Salah satu kelebihan Jokowi adalah sosok, karakteristik dan gaya kepribadiannya sangat cocok membentuk "branding" atau "Pencitraan" sesuai keinginan zaman.Â
Setiap zaman ada mode-mode yang diminati pasar/rakyat. Ada zamannya Gus Dur, SBY, dan sekarang Jokowi. PDIP sebagai leader dalam mitra koalisinya akan berusaha keras mencari sosok yang dapat dikader dan di "branding" sesuai keinginan pasar/pemilih. Tampaknya PDIP agak kerepotan mencari sosok tersebut, melihat dari stok-stok tokoh yang tersedia saat ini di partai.
Pada dua kali Pilpres, lawan tetap Jokowi adalah Prabowo, dan dua kali kalah.  Prabowo memiliki beberapa kekurangan dan kelemahan. Pertama, masa lalu Prabowo belum tuntas diselesaikan secara hukum sehingga dia tetap tersandera masa lalunya. Kedua, sosok, karakteristik dan gaya kepribadiannya belum cocok membentuk "branding" atau  pencitraan sesuai keinginan zaman.Â
Ketiga, Partai Gerindra sebagai promotor Prabowo, tidak memiliki garis ideologi partai yang jelas, Â sehingga konsistensi atau militansi pendukungnya lemah, justru yang militan adalah yang membonceng pada Prabowo.Â
Keempat, meskipun mitra tetap pendukung Prabowo pada Pilpres  2014 tetap sama dengan Pilpres 2019 (Gerindra-PAN-PKS), tetapi roh semangat militansi  memperjuangkan Prabowo adalah dari PKS dan PAN. Sesungguhya bukan sosok pribadi Prabowo yang diperjuangkan roh semangat militansi tersebut,  melainkan anti PDIP'lah yang menjiwai semangat tersebut. Artinya Prabowo mendapat dukungan "palsu". Ini berkebalikan dengan di PDIP, sebagian pemilih Jokowi adalah tidak suka pada PDIP.Â
Kelima, Prabowo sudah 4 kali kalah dalam ambisinya menuju Istana Negara. Partai pengusung akan mikir berkali-kali mengusung Prabowo bila tak ingin kapok lagi. Â
Meskipun Gerindra paling kuat diantara mitra koalisinya, tapi dalam hal penentuan Bakal Calon Presiden 2024, kekuatannya tidak sekuat pada Pilpres 2019.Â
Kesulitan PDIP mencari pengganti sosok Jokowi akan dialami juga oleh Gerindra mencari sosok pengganti Prabowo.  Artinya penentuan Bakal Calon Presiden tidak mutlak oleh  Gerindra tapi akan terjadi kompromi dan negosiasi politik dengan seluruh mitra koalisinya. Mitra koalisinya yang paling kuat  adalah PKS, memiki posisi tawar tinggi karena memiliki mesin partai yang solid, berakar, konsisten, dan fanatik. Â
Dari hasil kompromi dan negoisasi politik, partai koalisi pengusung akan menetapkan  Bakal Calon Presiden 2019 dengan kriteria, memiliki sosok, karakteristik dan gaya kepribadiannya cocok membentuk "branding" atau pencitraan sesuai keinginan pasar/pemilih.Â
PKS akan mengusulkan tokoh berkharisma sesuai dengan aspirasi  pendukung fanatik yang sudah terpolarisasi. Penentuan tokoh Bakal Calon Presiden 2024 akan lebih dini dipersiapkan, tidak seperti Pilpres 2019. Tokoh tersebut adalah sosok Islam bergaris keras yang tampak dari luarnya "lunak".
Ada banyak tokoh nasional yang mungkin berambisi bertarung di Pilpres 2024, katakanlah seperti Sandiaga Uno, Anis Baswedan, Mahfud MD, Agus H.Yudoyono, Puan Maharani, Djarot, Airlangga, Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, Khofifah Indar Parawansa, Ganjar Pranowo, Gatot Nurmantyo, Tuan Guru Bajang, Â dan lainnya belum muncul. Â