Namun nampaknya Minuman tersebut menjadi minum Terakhir Munir.
Selang beberapa menit Munir mulai merasakan gejala-gejala yang tidak mengenakan bahkan ia mengirimkan SMS kepada Suciwati yang bernadakan kurang lebih 'kok perut saya tidak enak ya'
setelah pesawat lepas landas Cak kumis pun Meminta obat pereda sakit perut PROMAG kepada pramugari namun ternyata hal itu tidak membuat Rasa sakit di perutnya hilang bahkan ia Sempat beberapa kali bolak balik ke kamar kecil hingga akhirnya ia didampingi oleh seorang dokter Yang bernama tarmizi, Tarmizi menyuntikkan obat penenang Diazepam serta primperam sebelumnya agar Munir tidur.
Namun naas pukul 5 pagi atau 2 jam sebelum sampai di Amsterdam Munir meregang nyawa Ditandai dengan Posisi Mangat dan keluar air liurnya sampai tangannya membiru.
Dari sini Panggung Drama dimulai Para pelaku pembunuhan terhadap cak kumis pun berhasil melaksanakan misi mereka dan melakukan skenario dengan mengumpankan Pollycarpus sebagai 'terdakwa' walau sempat bebas namun Pollycarpus Tetap di pidanakan, namun apakah terlalu bodoh seorang pilot Melakukan rencana pembunuhan yang tersusun Sendirian?Â
Saya rasa Pollycarpus hanya sebuah harga kecil untuk membayar sebuah 'Pembukaan Kebenaran' yang berdampak besar bagi para Elite Politik yang Terus menutupi Kebenaran di Negeri ini.Â
Narasi narasi yang disampaikan berkaitan dengan Tuduhan simpang siur sengaja mereka lepaskan untuk melindungi mereka Dari Hukum Sebenarnya namun pada akhirnya Kumis Munir akan selalu Menjadi indera pencium bagi para Aktivis HAM di masa mendatang, Ilmu serta keberaniannya justru menjadi warisan turun menurun Yang membuat Titik terang dibalik semua Tragedi tersebut.
Kisah Munir tidaklah sesingkat ini Kisahnya tidak diabadikan dalam bentuk harta atau Ukiran lukisanÂ
Kisah nya diingat dalam setiap sel Memori Rakyat yang ditindas Serta wong cilikÂ
Pada tanggal 7 September 2004 wong cilik kehilangan pelindung mereka namun Dari hari itu lahirlah generasi Pembela Hak asasi yang mewarisi 'Akal Gila' Cak kumis. Kematian Munir bukanlah akhir dari perjuangan melainkan Awal dalam membentuk Dan Memperbaiki Cacat Demokrasi dan Kemanusiaan di negeri ini.
Munir Bukan orang yang Cerdas, Dia hanya bermodal berani untuk Menjadi Manusia yang Memanusiakan Manusia.