Jadi, menonton lagi AADC kali kedua ini seperti mengulang ingatan. Anehnya, kami masih senyum-senyum sendiri dan sibuk mengotak-atik gathuk (saya tak tahu bagaimana mengungkapkannya dalam bahasa lain) kehidupan Cinta dan kehidupan kami. Bahkan, jika dulu kami mengidentifikasi diri sebagai Cinta, hingga kini perasaannya masih sama. Padahal kami sudah lebih tua seperti Cinta, sudah melalui banyak tahap percintaan dan perjalanan hidup. Kenapa ya? Mungkin karena ingatan tak pernah usang. Seperti Cinta dewasa yang matang, saat ingatan romansa diulik, dia jadi seperti abege lagi yang kehilangan akal sehat, ngalor ngidul di Jogja untuk meretas rasa.
Kami pun juga begitu, bisa saja kehilangan logika saat ingatan menjelma, setidaknya terjadi pada saya. Semoga saya hanya berlebihan semata. Tapi buktinya, teman se-geng saat nonton juga masih saja ribut tak karuan di bioskop. Mungkin memang cerita Cinta ini, hingga ratusan purnama sekalipun, masih sangat dekat dengan kami.
Lucunya, kalau diperhatikan, pola konflik antara Cinta dan Rangga versi SMA dan versi tiga puluhan ini sama. Di AADC 2, saat Karmen dan Milly memergoki Rangga di Jogja, Cinta mentah-mentah menolak ide pertemuan kembali dengan Rangga. Tapi karena sebenarnya Cinta juga penuh tanda tanya, ia akhirnya setuju untuk bertemu serius dengan Rangga. Sequence itu sama dengan AADC? ketika Cinta sakit hati ditolak mewawancarai Rangga, ia justru diam-diam jalan berdua karena memendam rasa. Rangkaian adegan kebingungan teman-temannya akan keberadaan Cinta yang tak kunjung selesai menyelesaikan masa lalunya bersama Rangga di AADC2 sama dengan telepon Alya sebelum percobaan bunuh diri dan teman-temannya yang kebingungan Cinta di mana, padahal ia bersama Rangga.Â
Sikap tarik ulur Cinta yang emosional dan opini Rangga yang sinis juga membentuk konflik-konflik kecil di AADC? maupun AADC2. Bahkan scene bandara saat kepulangan Rangga ke New York dibuat serupa dengan scene epic keberangkatannya ke New York di bandara 14 tahun lalu. Malah secara sengaja, adegan berganti baju dan kebimbangan memakai lipstik di AADC? dibuat sama persis lengkap dengan musik latar yang sama dengan angle yang hanya lebih sempit pada AADC2. Namun, Mira Lesmana sepertinya tak punya niat untuk membuat lanjutan kisah Cinta dan Rangga, terlihat dari ending yang memuaskan semua penonton.
Hmm, apalah saya yang mampu menerka arah industri. Jika belum seminggu saja, penonton AADC2 sudah mencapai dua juta. Mungkin, pada AADC? dulu, Mbak Mira sang penggagas tak pernah berpikir untuk membuat sekuelnya. Tapi, respon penonton yang bersesakan hingga film ini bertahan lebih dari satu bulan di bioskop yang sudah mati suri di kala itu membawa ingatan yang manis, akan ranumnya konsumsi budaya pop.Â
Kini, teman-teman geng saya sepanjang film sibuk berkomentar semacam: "merk lipstiknya tadi apa?" | "ooh, hapenya lenobow (plesetin aja ya) semua ya" | "makanya kalo mau tetep cantik kayak Dian Sastro harus minum air putih terus". Artinya, jika strategi film ini baik yang pertama maupun kedua selalu sukses, bukan tidak mungkin penonton macam saya dan geng disuguhi lagi ingatan-ingatan cerita cinta bak negeri dongeng ala rezim (istilah sepihak yang mungkin kurang tepat) berjuluk Ada Apa Dengan Cinta?
Ohya, supaya paripurna sebagai penganut budaya pop, kami pun membuat meme, yah, meme ala-ala yang menyenangkan hati...
Sazkia Noor Anggraini
Penonton - Pengajar - Penggemar