Mohon tunggu...
Oktarano Sazano
Oktarano Sazano Mohon Tunggu... -

pencari hikmah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen : Lelaki yang Berteduh

29 Januari 2011   03:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:05 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

`Sepertinya kau tahu banyak..` Pierre mengembangkan senyum. Simpul. `Tahu banyak … Tidakkah terlalu berbahaya melakukan ini semua. Bisa jadi besok ia akan melaporkan dirinya dan semuanya akan terbongkar` bisiknya pelan. Hatinya gentar. Tapi kilatan cahaya dari telinga perempuan muda itu mengaburkan akal sehatnya.

`Aku harap hujan akan reda sebentar lagi. Aku sedikit lelah.` Anna memeluk dirinya sendiri dan dengan sengaja ia menjatuhkan kepalanya di pundak Pierre.

Ada perasaan aneh yang merambat di dada Pierre, meski demikian ia membiarkan Anna melakukan itu. Jas hitamnya sedikit terbuka dan belahan dadanya merona. Pierre merasakan kepalanya mulai berdenyut-denyut. Sesuatu membara dalam dirinya. Sebenarnya ia tidak pernah melakukan pengkhianatan pada istrinya. Meski berjudi tapi ia tidak pernah berselingkuh. Perempuan ini benar-benar membuatnya galau. Jika ia bercinta dan mengambil semua perhiasan Anna lalu besok ia tertangkap maka Barbara akan meninggalkannya saat itu juga.

`Aku akan membunuhnya` senyum menyeringai merenggang di bibir Pierre ` Ya, aku akan membunuhnya. Pura-pura membawanya ke hotel lalu membawanya ketepian sungai Danube. Mencekiknya, mendorong tubuhnya ke arus yang deras. Tidak akan ada yang tahu. Kota ini terlalu kecil sejak dia menginjakkan kakinya pertama kali. Hujan akan menyurutkan langkah siapapun untuk keluar rumah. Besok pagi , mayatnya akan ditemukan jauh di Svishtov atau bahkan oleh polisi perbatasan Rumania di Zimnicea. `Pierre mengeraskan rahangnya. `Tidak akan ada yang tahu`

Menit-menit lenyap dalam sepi. Angin dingin mengulum mereka berdua. Anna bisa merasakan sesuatu yang mengancamnya. Ia tidak mungkin mengacaukan skenario yang ia buat sekarang.

Anna merapatkan tubuhnya. Kepalanya mendongak dan mendapati mata Piere yang biru dengan hitam yang pekat.

`Aku kedinginan Pierre, maukah kau memelukku?`

Sekarang Pierre merasa makin menemukan jalan. Sebuah kemerdekaan dari sebuah hidup yang membuatnya jengah. Anna bagai sebuah oase yang menyejukkan ketika gairah membakar dirinya. Ia membuka kembali kenangan beberapa tahun pernikahan setelah anak-anak lahir, saat dia akan melakukan dengan istrinya. Persenggamaan yang muram. Layu dan kaku. Perjuangan yang berat seperti sebuah keengganan menerimanya. Kemudian semua akan berakhir dengan kemarahan dan pertengkaran. Mungkin ini sebuah jawaban atas kebosanannya selama ini. Melalui Anna ia akan kembali menjadi seorang laki-laki. Besok semua masalah akan beres dan ada semangat baru bersama Barbara.

Pierre melapangkan tangannya. Merengkuh Anna dalam pelukan. Anna menurut begitu saja. Sebenarnya ia sudah tahu banyak cara bercinta. Semua tipe lelaki pernah ia coba. Mereka datang , menyuruhnya membuka baju, kemudian menerkam dirinya seperti anjing buas. Menggigit, menusuk , berdarah-darah atau sekedar menggelepar-gelepar di atas tubuhnya dengan singkat sebelum akhirnya mendengkur keras dan menendang dirinya dengan uang. Busuknya mereka memperlakukan ia seperti sundal, sampah yang layak di permalukan. Pernah sekali ia berharap akan keluar dari kehidupan nista dan mencari laki-laki yang tepat. Dalam pelukan Pierre seakan ada harapan baru yang lahir dari hatinya.

Awan gelap tidak berhenti memuntahkan butiran hujan yang ada dalam perutnya. Pierre semakin mengencangkan otot-otot tubuhnya. Ia merasa kuatir rencananya akan buyar jika terlalu lama mengendap. Wajah Dimitri dan pengawalnya, keengganan Barbara, rumah, anak-anak, dan permata dalam anting Anna berputar-putar kencang masuk ke dalam otaknya, silih berganti. Sementara Anna semakin melesakkan tubuhnya. Pierre terbawa. Ia mengelus rambut Anna dan membalikkan tubuh Anna sedemikian rupa sehingga dengan gerakan berikutnya Anna sudah tak berdaya dalam rangkulannya. `Jika tidak sekarang maka tidak sama sekali! Sekarang Pierre! Sekaranglah waktunya!` suara-suara dalam kepala Pierre mendesak mengubah sendiri jalan cerita yang sudah ia atur dalam kepalanya. Anna terhenyak, sekarang mereka sudah begitu dekat. Ia mengatur rongga pernafasan, mengeluarkan desahan yang membuat Pierre semakin bergejolak. Lelaki itu akan jatuh dalam pelukannya dan menuruti semua kehendak. Besok, ia akan menikmati kebebasan dengan tubuhnya sendiri. Memilih jalan hidup. Memilih dengan siapapun ia inginkan . Seperti saat ini bersama Pierre.

Anna menekan badannya. Lebih lekat pada lelaki itu. Pierre menahan nafas. Ia tidak boleh membuat kesalahan. Tangannya merambat kepunggung Anna, mengeraskan jemari. Ia butuh jari yang kuat, satu kali cengkraman saja untuk menghabisinya. Anna membalas dengan melingkarkan tangannya ke pinggang Pierre dan memejamkan mata. Pierre merasa sekujur tubuhnya memanas. Ia menurunkan kepala dan mengatupkan matanya. Bibir Anna yang ranum tapi dingin menyentuh lembut tepi bibirnya. Pierre tidak mampu menahan nafsu yang memuncak dan melumatnya lebih dalam. Pertama kali dalam hidupnya ia mencium perempuan lain selain Barbara. Kedua belah tangannya mengatup batang leher Anna. Dalam detik yang demikian cepat Anna merasa dirinya terbawa dalam ingatan waktu tersiksa dalam rengkuhan anjing-anjing rakus dalam ruang gelap, seperti neraka, dadanya sesak, sebuah perintah mengalir deras dari kepalanya menuju urat di seluruh tubuhnya. Sejenak Pierre terlupa dengan niatnya. Kenikmatan yang menyengat sehingga Pierre tidak bisa membedakan rasa sakit yang menyayat leher dan kemerdekaan yang baru saja ia esap. Sebuah benda tipis tajam menembus pembuluh darah tepat di lehernya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun