Pejabat, pemimpin perusahaan, politisi, pemuka agama, artis dan konten kreator merupakan publik figure. Artinya mereka dikenal atau terkenal di dalam kesehariannya. Hal itu disebabkan sering munculnya wajah mereka di media elektronik dan media sosial. Sehingga algoritma mereka selalu muncul apabila kita membuka di Youtube, Instagram, Twitter, Facebook, dan platform lainnya. Terkadang masyarakat mengikuti atau meniru gaya tokoh-tokoh publik tersebut.
      Seyogyanya para tokoh publik di Indonesia harus memperlihatkan sifat dan tingkah laku yang bersesuaian dengan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai tersebut di antaranya religius, humanis, toleran, demokratis, dan adil. Nilai religius memperlihatkan dirinya berprilaku dengan sesuai pedoman agamanya. Jika seorang public figure menginternalisasi nilai tersebut maka ia tidak memiliki rasa sombong dan congkak di kehidupan nyata. Di sisi lain, ia memiliki rambu-rambu di dalam berucap dan bertindak.
      Nilai religius, nilai pertama yang harus dimiliki seorang tokoh publik. Apapun agamanya, ia harus menunjukkan ketaatan kepada Tuhan. Tentu kedekatan kepada-Nya, akan berpengaruh kepada kehidupannya. Kehati-hatian dalam berujar, kehati-hatian dalam perbuatan, dan kehati-hatian dalam menjaga perasaan orang lain. Melalui nilai tersebut, seorang tokoh tersebut akan menjadi panutan bagi masyarakat Indonesia.
      Jika seorang tokoh menafikan nilai religus, maka ia akan tergerus dengan paham-paham yang negatif. Sebagian dari mereka terjebak dalam hedonisme; mabuk-mabukan, kehidupan bebas tanpa pedoman agama, dan arogan. Hal-hal tersebut akan menjadi polemik dan kritik yang mendeskriditkan tokoh penting tersebut. Kondisi seperti itu akan membawa dampak stress kepada diri pribadi mereka.
      Nilai humanis, nilai kedua yang harus dimiliki seorang sosok penting di Indonesia. Nilai humanis, tersebut yaitu hidup sewajarnya, berpendapat sesuai kapasitasnya, dan berbaur dengan masyarakat. Ada baiknya mereka suka mengadakan bakti sosial kepada masyarakat yang membutuhkan. Terserah, bakti sosialnya mau disyiarkan melalui media sosial atau sembunyi-sembunyi. Kegiatan tersebut akan mendapatkan perhatian dan menjadi teladan bagi mereka yang merasakan simpatinya.
      Sebagian tokoh masyarakat malah mempertontonkan kemewahan hidup, berkata hipebolik, dan menyekat kehidupannya dengan masyarakat. Hal itu mengundang pemikiran negatif nitizen. Sehingga terkadang warganet berfikir bahwa tokoh masyarakat itu derajatnya berbeda dengan masyarakat biasa. Hal itu lah akan menimbulkan kesenjangan sosial dan konflik horizontal.
      Toleran, merupakan nilai yang harus dipunyai juga oleh seorang tokoh di Indonesia. Nilai tersebut antara lain menghargai pendapat orang lain, menghormati pemikiran orang lain, dan menerima perbedaan. Disinilah, seorang tokoh penting di Indonesia harus menerima kritikan dan pendapat orang lain untuk dirinya. Melalui kritikan-kritikan tersebut ia akan memperbaiki dirinya untuk lebih baik lagi.
      Demokratis, nilai yang juga harus dimiliki oleh seorang tokoh masyarakat di Indonesia. Aplikasi nilai demokratis ini yaitu mengambil keputusan secara bijak. Biasanya tokoh publik tersebut meminta pendapat dari para ekspert. Ketika seorang tokoh dalam mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya, ia akan menuai kontra di masyarakat. Hal tersebut akan membuat masyarakat tidak respect terhadap dirinya.
     Â
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H