Seorang filsuf Arab mengatakan "Al-Nas Hayawanu al-natiq" (manusia itu hewan yang bisa berbicara. Istilah itu mengisyaratkan bahwa manusia mempunyai potensi pengaruh dan dipengaruhi oleh bahasa, baik bahasa verbal ataiu non-verbal. Bahasa verbal biasa dengan proses berbicara, berbincang, dan berdialog dua arah. Sedangkan bahasa non-verbal bisa dengan isyarat dan tulisan sebagai symbol yang bisa dimengerti orang lain.
Terkadang bahasa verbal seseorang lebih baik ketimbang bahasa non-verbal. Sebab bahasa verbal itu adalah keseharian manusia dalam mengungkapkan sesuatu dengan lisan. Bahasa lisan ini bisa terlihat objektif atau objektif. Hal ini bisa dinilai oleh lawan bicaranya. Bahasa lisan yang subjektif bisanya mengunggulkan diri atau kelompoknya dibanding orang lain dan kelompok lain. Sedangkan bahasa objektif yaitu dengan bahasa tersebut orang akan mudah memahami dan asik dalam berbicara dengan orang tersebut.
Public speaking salah satu dari kemampuan seseorang dalam memainkan pembicaraan bahasa verbal. Termin tersebut memberikan efek bagi seseorang yang memiliki skill tersebut.Â
Orang tersebut mudah diterima dan sangat dibutuhkan sebagai juru bicara dalam sebuah komunitas. Bahkan orang itu memiliki banyak link, jaringan atau teman. Sehingga orang tersebut memiliki kesuksesan yang berbeda dengan orang yang tidak mempunyai public speaking yang bagus.
Banyak cara untuk meningkatkan public speaking bagi diri seseorang; ada yang dengan membaca, ada dengan banyak bertemu orang, dan ada yang mengikuti pelatihan tersebut.Â
Sehingga sekarang, ada lembaga-lembaga bahasa yang mengadakan seminar atau work shop untuk meningkatkan kualitas public speaking yang baik. Biasanya orang-orang yang mengikutinya dalam ingin meningkatkan skill berbicara yang baik di depan umum atau ingin menjadi MC.
Orang yang secara natural memiliki kualitas public speaking yang baik biasanya tergabung dalam suatu lembaga atau organisasi. Disitulah interaksi pembicaraan antara ia dengan orang-orang yang ada dalam suatu wadah tersebut bisa meningkatkan public speaking. Selain itu gaya pemakaian bahasanya disesuaikan dengan genre yang dibutuhkan dari lembaga tersebut.
Memang kepercayaan diri seseorang itu berbeda ketika mempunyai kemampuan public speaking yang baik. Namun kemampuan tersebut bukan hanya dalam tataran banyak bicara namun bisa membawa suasana dalam pembicaraan tersebut. Memang untuk membawa suasana di tengah-tengah audiens butuh pembiasaan dan kebiasaan. Kebiasaan tersebut dengan melihat objek tempat yang akan ia bicara, dengan siapa ia bicara, pada acara apa ia akan perform, tujuan dari apa yang diutarakan.
      Muhadoroh a'm adalah salah satu ajang meningkatkan public speaking di lingkungan pensanten. Biasanya para santri diberikan waktu untuk tampil di hadapan santri lain dan para guru untuk menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa-apa yang telah mereka pelajari.Â
Metode ini cukup baik agar nantinya para santri mempunyai keberanian dan skill berbicara yang baik dihadapan khalayak umum. Maka jangan heran ketika lulusan pesantren di era kini menjadi pejabat dan wakil rakyat disebabkan oleh public speaking mereka yang di atas rata-rata.
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H