Indonesia penuh dengan tradisi dan budaya Islam. Tentu tradisi dan budaya tersebut untuk memagari pemahaman-pemahaman dan ideologi-ideologi yang bisa merusak Indonesia. Tradisi dan budaya Islam yang eksis sampai saat ini ialah pesantren dan majelis-majelis taklim. Pesantren ialah tradisi dan budaya Islam yang berkembang pesat dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Sedangkan majelis-majelis taklim ialah tradisi dan budaya yang berkembang pesat di Jakarta. Kedua sarana tersebut tentu untuk membentuk generasi-generasi yang religius, humanis, toleran, demokratis, dan adil.
      Di bulan Dzulqo'dah ini majelis-majelis taklim di Jakarta baru dibuka kembali. Hal itu disebabkan oleh liburnya majelis-majelis tersebut di bulan Ramadhan. Namun liburnya majelis-majelis baik tersebut di bulan suci  bukan  menyebabkan kajian-kajian agama juga libur. Akan tetapi umat muslim lebih fokus kepada membaca al-quran di bulan umat nabi Muhammad tersebut. Walaupun ada pula majelis-majelis taklim yang tetap eksis di bulan tersebut.
      Yang menjadi pertanyaan di benak kita, mengapa umumnya majelis-majelis ilmu tersebut baru dibuka di Jakarta di bulan Dzulqo'dah? Penulis menelusuri dari beberapa orang-orang betawi sepuh, mereka menjawab, "Orang-orang Betawi kalo lebaran 30 hari, tong, kite biasanya ngider untuk halal bihalal ke rume orang tua, mertue, saudare-saudare, sanak family hingga puase sunnah di bulan Syawal."
      Tradisi halal bi halal ini hanya di kenal di Indonesia saja. Sehingga tradisi ini diadakan pula di majelis-majelis taklim, mushola-mushola, masjid-masjid, sekolah-sekolah hingga perusahaan-perusahaan. KH. Zakky Mubarok berkata, "Makna halal bi halal ini sebenarnya yaitu afwu bil afwi (saling meminta maaf) yaitu dengan ditandai dengan ucapan sambil bersalaman, taqabalawlah minna wa minkum, wa ja'alnawllah minal a'idin wal faizin. Sehingga orang yang memberi ucapan tersebut dan orang yang mendapakan ucapkan tersebut sudah saling memanfaatkan."Â
      Biasanya acara halal bi halal juga sebagai penanda akan dimulainya aktivitas di dunia kerja dan akan dimulainya kegiatan kajian keagamaan di majelis taklim. Pada ghalibnya acara tersebut diadakan instansi-instansi baik pemerintah atau swasta setelah libur lebaran sedangkan majelis-majelis taklim dimulainya dari bulan Syawal sampai  Dzulqo'dah.
      Untuk itu para pecinta ilmu agama di Jakarta diharapkan semangat lagi dalam mengikuti majelis-majelis taklim yang tersebar di kota metropolitan tersebut di bulan Dzulqo'dah ini. Melalui majelis-majelis tersebut, seseorang bisa mengetahui ilmu syariat, ilmu tentang tazkiah al-nafs (membersihkan hati), ilmu memanaje waktu, dan ilmu untuk membahagiakan diri baik di dunia dan akhirat. Bahkan majelis-majelis taklim dipercaya sebagai majelis penolak musibah, penyakit, dan bala bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H