Mohon tunggu...
Sayyid Yusuf Aidid
Sayyid Yusuf Aidid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ

Saya adalah seorang dosen agama yang moderat yang suka membaca dan menulis. Genre bacaan saya yaitu religi dan tasawuf. Adapun saya mengajar Agama Islam di Universitas Indonesia dan Politeknik Negeri Jakarta. Link : www.yusufaidid.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Takjil adalah Alat Toleransi Paling Ampuh di Tahun 2024

18 Maret 2024   14:40 Diperbarui: 19 Maret 2024   14:10 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Takjil merupakan istilah yang digunakan sebagai makanan kecil untuk berbuka puasa. Kurma, kolak pisang, pacar cina, es campur pisang goreng, tahu goreng, ubi goreng, dan goreng-gorengan lainnnya adalah bagian takjil yang biasa dijual di pinggir jalan di bulan Ramadhan. Tentu yang membelinya bukan hanya dari orang-orang muslim yang berpuasa saja akan tetapi orang-orang non-Islam turut membelinya. Hal tersebut berdampak bagi ekonomi bagi para penjualnya yang notabene muslim.

Apalagi sekarang ditambah media sosial mulai dari Youtube, Tiktok, Instagram, Twitter, dan media lainnya sedang trading bahwa takjil sebagai sarana toleransi antar umat beragama. Bahkan orang-orang non-muslim berburu makanan kecil tersebut mulai 3 jam sebelum adzan Maghrib. Sehingga orang-orang muslim terkadang kehabisan begitu membeli makanan tersebut. Bahkan sebagian dari mereka ada yang berkelakar di media sosial, "Ntr pas Paskah, telur kita borong di pasar."

"Kami juga ingin mencoba nikmatnya takjil, mohon maaf teman-teman muslim, ungkap teman-teman non-muslim di media sosial (https://www.youtube.com/watch?v=_IJBX55o7vU)." Fenomena ini merupakan fenomena yang penuh inspirasi bagi terciptanya persaudaraan antar umat beragama di tahun 2024. Menariknya lagi, orang-orang non-muslim membeli takjil untuk dibagikan lagi ke masjid, mushola, dan orang-orang yang berlalu lalang di jalan raya. Sungguh kedermawanan tersebut membangun persatuan dan kesatuan bangsa.

Di sisi lain, kedermawanan orang-orang non-muslim kepada orang-orang muslim dalam membagikan takjil menciptakan nilai praksis sila ke-3 pada Pancasila. Nilai praksis tersebut yaitu wujud menghormati dan kepeduliaan antar umat beragama. Sebab berapa banyak dari kita hanya mampu menyebutkan nilai-nilai pada Pancasila akan tetapi tidak mampu mengimplementasikannya.

Dampak sosiologis dari fenomena perburuan takjil antara kaum muslim dan teman-teman non-muslim ialah para pedagang takjil menyiapkan dagangannya lebih banyak dari sebelumnya. Bahkan mereka yang biasa berdagang abis shalat Ashar kini mereka berjualan dari pukul 14:30. Kondisi ini yang membuat perburuan takjil tahun ini lebih seru dari tahun-tahun sebelumnya ya guys. Jadi yuk berburu takjil guys jangan sampai kehabisan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun