Hitler, Mahatma Gandhi, KH. Hasyim Asy'ari, dan Soekarno, tokoh-tokoh yang dianggap kharismatik di dunia. Kekharismatikan Aldof Hitler dan Ir. Soekarno terasa pada bidang politik. Adolf Hitler, ia berhasil menekan angka pengangguran dan perbaikan ekonomi (Ari Kusumah:635:2005).
Ir. Soekarno yaitu salah satu stakeholder dari pendiri bangsa ini. Wibawa Mahatma Ghandi disebabkan pengusung hak asasi manusia, ajaran mengenai anti kekeraaan, ahimsa secara harfiah artinya "tidak meyakiti" disini maksudnya adalah tidak hanya menyakiti secara fisik, tetapi juga tidak membenci maupun memperalat orang lain (Poerbasari:2007:185-186).Â
Kharismatik KH Hasyim Asy'ari karena ilmu keislamannya yang sangat luar biasa, disamping itu beliau dapat mengontekstualisasikan dengan dinamika kehidupan dan perubahan zaman. Termasuk ketika menulis Qanun Asasi Nahdlatul Ulama yang banyak sekali mengutip hadits-hadits relevan dan kontekstual. (Sumber)
Kekharismatikan tokoh-tokoh yang telah disebutkan di atas memberikan satu pandangan kepada kita  bahwa mereka telah berjuang baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, HAM dan agama.
Tentu dalam perjuangan mereka tidak hanya untuk kepentingan pribadi atau golongan, perjuangan mereka untuk khalayak umum. Sehingga mereka mendapatkan tempat di hati orang banyak.
Di sisi lain, pemimpin negara itu biasanya memiliki kharisma tersendiri, disegani oleh bawahannya dan dicintai rakyatnya. Namun bukan berarti kekharismatikan tersebut diperoleh dengan sikap otoriter akan tetapi dengan berbaur dengan rakyatnya. Walaupun ia berbeda pandangan terhadap orang-orang yang dipimpinnya, ia harus menganggap itu adalah kritik untuk membenahi dan meluruskan perspektif yang salah di dalam dirinya.
Sebagaimana dahulu telah terjadi, orang-orang yang menjadi oposisi dari pemerintah maka akan dikebiri hak dan pendapatnya. Seperti Imam Hasan Al-Bashri dan Mabad al-Juhani, tokoh-tokoh yang mempunyai kapasitas untuk mengkritik pemerintahan Bani Umayyah mendapatkan perlawanan dari pemerintah. Sebab Bani Umayyah, mereka dengan paham Jabariyahnya untuk mendesakkan gagasan bahwa pemerintahan mereka telah ditentukan oleh Tuhan. Al-Jauhi mengkritiknya dengan kata jijik, "menumpahkan darah-darah orang yang beriman, mengambil uang mereka, dan kemudian berdalih, tindakan kami telah ditetapkan oleh Tuhan."(Mustafa Akyol:2022:49)
Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf pernah berkata, "Kharismatik itu tidak bisa dibeli, ia ada pada orang-orang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hidupnya qanaah, dan mau berbaur dengan semua status golongan." Pernyataan tersebut senafas dengan kharismatiknya Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Indonesia. Sebab mereka mendapatkan tempat di hati orang-orang Indonesia sampai sekarang. Pasalnya, mereka datang ke Indonesia dari berbagai negeri, pure untuk menyebarkan agama Islam bukan untuk merebut kekuasaan.
Selain itu Wali Sembilan tersebut mempunyai daya tarik tersendiri dalam dakwahnya. Mereka tidak mengubah langsung budaya-budaya yang ada di Indonesia kala itu. Akan tetapi tokoh sembilan itu mengintegrasikan antara agama dan budaya. Dalam berdakwah, Sunan Bonang sering menggunakan wahana kesenian dan kebudayaan untuk menarik masyarakat. Salah satunya dengan perangkat gamelan Jawa yang disebut bonang. Salah satu karya seni ciptaannya yang monumental adalah lagu Tombo Ati (obat hati). (Muhammad Yusuf:2019:21
Sunan Drajat dikenal sebagai penyebar Islam yang berjiwa sosial tinggi dan sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin serta mengambil lebih mengutamakan pencapaian kesejahteraan sosial masyarakat. Setelah memberi perhatian penuh, baru Sunan Drajat memberikan pemahaman tentang ajaran Islam.Â
Ajarannya lebih menekankan lebih menekankan pada empati dan etos kerja keras berupa kedermawanann, pengentasan kemiskinan,usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas sosial, dan gotong royong. (Muhammad Yusuf:2019:22)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H