sebaya di kalangan anak -- anak bagi kehidupannya kelak. Pendidikan anak usia dini ialah Lembaga yang memegang peran yang sangat penting dalam membangun seluruh potensi yang di miliki anak -- anak. Salah satu aspek perkembangan pada anak usia dini ialah social. Perkembangan social pada anak usia dini akan menjadikan ciri tertentu bagaimana anak dapat bersosial dengan lingkungannya terutama dengan teman sebayanya.
Banyaknya penelitian telah menunjukkan begitu besarnya dampak jenis pertemanan antarNamun, saat ini banyak sekali permasalahan anak yang kurang bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya. Seharusnya, para pendidik membantu anak yang susah untuk bersosialisasi. Pendidik bisa mencari tahu apa penyebab anak tersebut susah bersosialisasi serta mencari solusi yang tepat. Umumnya, anak yang susah bersosialisasi dengan teman sebaya nya banyak menghabiskan waktu nya dengan orang tua-nya.Â
Anak usia dini menjalin hubungan dengan sebaya nya mulai usia 2 tahun. Namun Sullivan berpendapat lain, ia mengatakan bahwa hubungan teman sebaya lebih berpengaruh pada harga diri seseorang terutama pada masa kanak -- kanak usia 7 -- 9 tahun. Teman sebaya sebagai kelompok social di definisikan sebagai semua orang yang mempunyai kesamaan seperti tingkat usia. Saat bermain dengan temannya, anak mulai belajar dengan aturan yang belum terbiasa di rumahnya. Anak di tuntut untuk memiliki sikap toleran, menghargai orang lain, dan sebagainya.
Kesulitan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya merupakan jenis permasalahan penyesuaian social yang berdampak pada kemajuan anak dalam menempuh Pendidikan di sekolah. Penelitian oleh Gronlund, Hymel dan Asher ( Ladd & Asher, 1985) mengungkapkan bahwa antara 6 hingga 11% anak di kelas 3 -- 6 tidak memiliki teman di kelas, mereka merasa kesepian. Ladd & Asher mengungkapkan bahwa perasaan kesepian akan berdampak negative bagi anak baik janga pendek maupun Panjang.
Penelitian oleh Rubenstein dan Howes, 1979 menemukan bahwa anak yang berusia 18 bulan dengan teman sebayanya di tempat penitipan mentolerir kepergian orang tua mereka. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan dengan teman sebaya berfungsi sebagai keamanan dan berpengaruh positif. Saat anak berinteraksi dengan lingkungannya, intensitas waktu anak akan banyak di habiskan Bersama dengan teman sebayanya. Anak dapat melakukan hal -- hal seperti bermain Bersama, tolong menolong, maupun bertengkar. Bentuk -- bentuk interaksi teman sebaya dapat berupa :
- Kerjasama, yakni usaha yang dilakukan Bersama
- Akomodasi, cara yang digunakan unyuk menyelesaikan konflik
- Persaingan, proses individu bersaing
- Pertentangan, proses social yang dilakukan untuk mencapai tujuan disertai paksaan
- Pertikaian, pertengkaran yang timbul karena kesalah fahaman
Terkadang saking asyik nya bermain, mereka hingga lupa untuk makan dan istirahat. Keberhasilan dalam hubungan teman sebaya dapat dilihat apabila anak dapat bekerja sama satu sama lain, berempati, serta dapat berkomunikasi dengan baik.
Namun, anak juga dapat berprilaku social yang tidak baik. Misalnya, saat bermain anak sangat pendiam dan kurang aktif, anak hanya mau berinteraksi dengan teman yang hanya ia anggap dekat, anak tidak mau berbagi mainan, dan sebagainya.
Penelitian mengenai hubungan teman sebaya terhadap kompetensi social anak
Salah satu fungsi menjalin hubungan dengan teman sebaya ialah dapat memfasilitasi proses belajar dan perkembangan anak. Mengapa? Karena melalui hal tersebut anak akan mendapatkan kesempatan untuk mempelajari keterampilan social yakni memulai hubungan social untuk memecahkan konflik social seperti keterampilan dalam berkomunikasi, kompromi, dan berdiplomasi.
Interaksi social memberi anak kesempatan untuk belajar dari reaksi teman sebayanya. Melalui teman sebaya, anak akan cenderung untuk mengerem pemggunaan strategi agresif terhadap teman sebayanya yang memberi perlawanan terhadap agresi tersebut. Karena interaksi dengan teman sebayanya tersebut bersifat egaliter, maka interaksi antar teman sebaya akan menghasilkan sikap saling memberi dan menerima yang sangat penting untuk menjalin soalisasi dan menekankan agresi.
Menurut lev Vygotsky, bermain merupakan sumber perkembangan bagi anak. Anak dapat menguasai pengetahuan karena berinteraksi dengan lingkungannya. Bermain menyediakan ruang bagi anak untuk dapat berinteraksi. Anak merupakan individu yang aktif yang dalam proses bermain ia akan membangun konsep -- konsep yang di butuhkan seperti memahami bentuk benda, fungsi, dan karakteristik.
Bermain menurut piagetÂ
Bermain merupakan keadaan yang tidak seimbang dimana asimilasi lebih dominan dari pada akomodasi. Asimilasi adalah proses penggabungan informasi baru dengan struktur kognisi anak, sedangkan akomodasi ialah perubahan struktur kognisi seseorang untuk di sesuaikan. Nah, keadaan yang tidak seimbang inilah yang kurang menguntungkan bagi proses belajar.
Piaget mengungkapkan bahwa saat bermain, anak tidak belajar hal baru melainkan anak mempraktikkan keterampilan baru yang ia peroleh. Kegiatan bermain dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan juga kecerdasan anak. Anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata -- rata akan mengalami banyak hambatan pada saat bermain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H